FER: ADP Juga Dibutuhkan Rumah Sakit Swasta

Stok ADP di RS Kandou Tinggal untuk 20 Hari

METRO, Manado- Stok alat pelindung diri (ADP) di RSUP Prof RD Kandou tak banyak lagi. Rumah sakit rujukan isolasi pasien positif virus corona itu mengharapkan segera ada penambahan ADP dalam waktu dekat.

Hal ini diungkapkan oleh Dirut RSUP Kandou, dr Jimmy Panelewan kepada sejumlah wartawan, Selasa (24/3/2020) pagi.

“Saat ini stoknya tinggal untuk 20 hari. Kami berharap ada bantuan pengadaan. Karena ada juga rumah-rumah sakit daerah yang meminta bantuan ADP dari kami, dan kami memberikannya,” ungkapnya.

Terkait hal ini, menurut Ketua Komisi IX DPR RI, Felly Runtuwene, Pemerintah Provinsi (Pemprop) Sulawesi Utara mupayakan pengadaan 50.000 alat pelindung diri (APD) bagi tenaga kesehatan yang menangani pasien corona.

Pengadaan ini disampaikan oleh Pemprop Sulut melalui Dinas Kesehatan Daerah Sulut saat rapat terbatas dengan Ketua Komisi IX DPR RI Felly Runtuwene, Selasa (24/3/2020) sore.

Felly mengatakan, rapat ini untuk mengetahui sejauh mana persiapan Pemprov Sulut menangani virus corona atau Covid-19.

“Kan kami mendengar ada sekitar Rp 40 sekian miliar anggaran khusus untuk menangani Covid-19. Dengan anggaran itu, kami ingin tahu apa saja persiapan pemerintah dan apa yang sudah dilakukan,” kata Felly saat diwawancara usai rapat di Kantor Dinas Kesehatan Daerah Sulut.

Ia menjelaskan, hasil rapat juga Dinas Kesehatan menyampaikan akan ada pengadaan APD sebanyak 50.000.

“Tadi ibu kadis bilang ada sekitar 50.000 APD yang akan disiapkan. Pengadaan 50.000 APD ini sudah bagus, hal yang bagus. Karena berdasarkan rapat saya dengan persatuan direktur rumah sakit, banyak rumah sakit yang betul-betul tidak ada persiapan itu. Tidak ada APD,” ungkap Felly.

Menurut dia, pengadaan APD sebanyak 50.000 sudah tepat, karena pemesanan barang itu tidak bisa hanya satu, dua sampai 50.

“Tidak bisa, karena itu diimpor. Jadi, pengadaannya harus banyak baru bisa,” sebutnya.

Politisi Partai NasDem itu juga berharap, jika APD sudah ada, penyaluran tidak bisa juga hanya melihat rumah sakit pemerintah.

“Kita juga harus memberikan kepada rumah sakit swasta,” ujar Felly.

Ia juga meminta, tenaga kesehatan yang menggunakan APD tidak hanya di dalam ruang isolasi. Tapi, tenaga kesehatan yang menerima pasien pertama juga harus menggunakan APD.

“Karena kita tidak tahu pasien yang masuk hanya ispa atau sudah terpapar. Kasihan untuk para medis, baik dokter, dan perawat. Kita juga harus lindungi mereka. Karena mereka paling depan,” tutur Felly.

“Silahkan orang bilang berlebihan. Tapi, harus sedia payung sebelum hujan, bukan setelah hujan baru cari payung,” tambahnya.

Dia juga meminta Dinas Kesehatan siapkan anggaran untuk sosialisasi Covid-19.

Ia melihat tiga hari ini baru ada baliho-baliho di jalan. Harus dimaksimalkan lagi, seperti sosialisasi tiga tahap di antaranya promotif dan preventif, serta apa yang harus dilakukan orang dalam pemantauan (OPD).

“Masyarakat harus lakukan apa, dan mereka harus sadar diri apa yang mereka harus buat pada diri sendiri dan keluarga kalu mereka sudah dalam pemantauan. Ini semua harus diketahui masyarakat Sulut dan Indonesia pada umumnya,” tukasnya.

Kemudian, kata Felly, terkait mitigasi orang.

“Jangan sudah terpapar di sana dia masuk ke sini. Kita tidak lockdown, tapi pemeriksaan harus ketat, baik di bandara maupun di pelabuhan,” tandasnya. (YSL)