METRO, Sitaro- Prevalensi stunting di Kabupaten Kepulauan Sitaro (Siau Tagulandang Biaro) berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, telah berada di angka 14,4 persen. Angka ini mendekati target nasional yakni 14 persen.
Bupati Kepulauan Sitaro, Evangelian Sasingen mengatakan, Pemerintah Daerah akan terus melakukan berbagai upaya menekan kasus stunting di daerah hingga nantinya mencapai target nasional bahkan lebih.
“Dan pada tahun ini kasus stunting kembali turun dua kasus, dari sebelumnya 22 kasus di 2022 menjadi 20 kasus pada 2023 ini. Hal tersebut sesuai dengan data e-PPGBM,” ungkap Evangelian.
Sebelumnya, Evangelian dalam kegiatan Penilaian Kinerja Penurunan Stunting kabupaten dan kota se-Sulawesi Utara (Sulut), yang berlangsung di Manado menyampaikan soal pelaksanaan delapan aksi konvergensi percepatan penurunan stunting yang dilakukan.
Menurut Evangelian, pemerintah daerah melakukan pemetaan dalam beberapa instrumen, seperti gambaran umum stunting di daerah, kondisi stunting, permasalahan terkait stunting, komitmen Pemerintah Daerah dalam penanganan stunting, dan inovasi.
“Untuk inovasi itu pemerintah melakukan terobosan lewat inovasi Gerakan Siau Tagulandang Biaro Edukasi Intervensi Anak Stunting atau GESIT EVA’S. Dan pada implementasinya melalui mekanisme cross cutting anggaran,” ujarnya menjelaskan.
Untuk optimalkan program tersebut, seluruh proses pelaksanaan diawasi melalui Sistem Elektronik Pelayanan Dasar atau SEPeDa, di mana dengan menggunakan aplikasi itu, maka akan lebih mudah dan transparan dalam pelaksanaan program-program untuk penanganan stunting di daerah.
Lanjut dikatakan Evangelian, program penurunan kasus stunting di daerah juga telah memberi dampak yang cukup signifikan. Di antaranya Indeks Pembangunan Manusia (IPM0) di mana pada 2021 di angka 68,05 persen menjadi 68,94 persen.
“Juga terjadi penurunan kehamilan remaja dari 173 kasus di 2021 menjadi 143 kasus di 2022, kematian bayi dari delapan kasus pada 2021 menjadi satu kasus di 2022, termasuk kematian ibu hamil dan melahirkan dari enam kasus di 2021 menjadi satu kasus pada 2022 lalu,” katanya kembali.(sal/kg)
Komentar