Semen Conch Gunakan FABA, PLTU Amurang Kirim 50 Ton Per Hari

Truk pengangkut yang membawa fly ash dari PLTU Amurang ke PT Conch.

METRO, Manado- Penggunaan fly ash (abu terbang) untuk industri dan pembangunan infrastuktur di Sulawesi Utara mulai marak. PT Conch North Sulawesi Cement (Semen Conch) adalah salah satu industri yang memanfaatkan keunggulan fly ash sebagai material pengganti dalam proses produksi.

Dari data yang dirangkum METRO, diketahui bahwa fly ash dan bottom ash (FABA) merupakan limbah hasil pembakaran batu bara dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Fly ash adalah salah satu residu berbentuk partikel halus yang ditangkap oleh alat pengendali pencemaran udara. Sedangkan Bottom Ash merupakan sisa pembakaran batu bara yang berada dalam tungku pembakaran yang secara rutin dikeluarkan dari tungku pembakaran.

Bacaan Lainnya

“PLTU Amurang tidak menghasilkan bottom ash, karena disirkulasi kembali masuk ke dalam boiler,” ujar Manager PLN UPDK Minahasa, Andreas Napitupulu, saat ditemui awak media, Jumat (18/3) pekan lalu.

Dijelaskan Andreas, PT Conch mulai memanfaatkan fly ash sebagai material pengganti dalam proses produksi semen. Setiap keluaran dari silo di PLTU Amurang akan dikirim ke PT Conch. “Sekitar 50 metrik ton per hari. Setelah kami melakukan riset, diketahui bahwa 70 persen dari FABA adalah material yang dibutuhkan dalam komponen utama pembuat semen,” ungkapnya.

Andreas mengatakan, kerjasama dengan semen Conch merupakan upaya PLN dalam mengurangi jejak karbon dalam proses menghasilkan listrik. Sebelumnya pengelolaan fly ash begitu rumit. Harus dikirim hingga ke Sulawesi Selatan.

“Diperingkas dengan mengirimkan ke semen Conch. Dengan kerjasama ini, PLTU Amurang mengambil aksi dalam upaya mengurangi jejak karbon yang dalam siklus produksinya,” terang Andreas.

Menurutnya, pemanfaatan fly ash untuk mengganti semen juga terkait dengan isu lingkungan lainnya. Karena dalam setiap satu ton semen yang dihasilkan, terdapat satu ton CO2 yang dilepas ke lingkungan. Dengan digunakannya sedikit semen dengan penggunaan FABA, maka kata Andreas semakin ramah terhadap lingkungan pembangunan tersebut.

“Alternatif pemanfaatan ini diharapkan dapat meningkatkan nilai jual fly Ash yang sebelumnya dianggap limbah, menjadi produk unggulan, terutama untuk pemakaian masyarakat Sulawesi Utara,” ucap Andreas.

Saat ini, menurut Andreas UPDK Minahasa telah melakukan beberapa upaya pemanfaatan yaitu pembanguan Gereja Bukit Zaitun Tomohon, pembuatan jalan akses ke Air Terjun Kulung-Kulung Minsel, pembangunan ruang serba guna Kodim Minahasa dan pembangunan Kantor PLTA Tanggari.

“Saat ini produksi fly ash PLTU Amurang dalam sehari adalah 50 metrik ton, dan jumlah yang berada dalam tempat penyimpanan adalah 80.000 metrik ton, sehingga kesempatan penggunaan fly ash sangat terbuka lebar,” pungkas Andreas.(71)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan