4 Nelayan Maluku jadi Korban Siklon Surigae

Nyaris hanyut di laut, kini diamankan di Bitung

METRO, Bitung- Peringatan BMKG soal dampak Siklon Tropis Surigae terbukti benar. Empat nelayan asal Provinsi Maluku nyaris hanyut saat melaut dalam kondisi cuaca ekstrim.

Beruntung, meski sempat dihantam angin kencang disertai gelombang tinggi, para nelayan tersebut bisa lolos dari maut.

Informasi ini didapat METRO Senin (19/04) kemarin. Empat nelayan dimaksud dibawa ke Kantor Pemkot Bitung oleh petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat. Mereka dijemput dari Pelabuhan Perikanan Bitung setelah sebelumnya diselamatkan oleh sebuah kapal penangkap ikan.

Identitas empat nelayan itu ialah Ading Muali, 58 tahun, Jasmin Ode, 37 tahun, dan Lamuru, 46 tahun, ketiganya berdomisili di Desa Wakasihu, Leihitu Barat, Kabupaten Maluku Tengah, serta Ismail Saleh, 42 tahun, warga Desa Lena, Waesama, Kabupaten Buru Selatan.

“Kami dihubungi petugas Koramil Bitung yang menginformasikan keberadaan mereka. Katanya ada empat nelayan hanyut tapi sudah diamankan di pelabuhan perikanan. Dari situ kita jemput mereka dan bawa ke sini (Kantor Pemkot Bitung,red),” ungkap Denny Mantow, pejabat di BPBD Pemkot Bitung yang menjemput keempat nelayan tersebut.

Ia pun menerangkan maksud membawa para nelayan ke Kantor Pemkot Bitung. Menurut dia, selain membantu mengamankan, tujuan lainnya ialah mengantisipasi potensi penyebaran Covid-19.

“Kami bawa ke Dinas Kesehatan untuk dites Antigen. Sekarang kan prosedurnya seperti itu. Apalagi mereka orang luar jadi kesehatan mereka harus dipastikan dulu. Tapi hasilnya ternyata negatif semua,” terangnya.

Adapun para nelayan menceritakan kronologi kejadian yang dialami. Menurut Ading Muali, mereka pergi melaut pada Kamis (15/04) malam. Mereka menggunakan pumpboat untuk menangkap Ikan Tuna di perairan antara Kepulauan Sula dan Pulau Sulawesi. Waktu itu kata Ading, kondisi cuaca sedang normal dan baik-baik saja.
“Laut teduh saat itu,” ujarnya.

Meski begitu, pria yang jadi kapten dalam pelayaran tersebut mengakui perihal situasi terkini. Dia dan tiga rekannya tahu soal Siklon Tropis Surigae plus ancamannya. Mereka mengikuti informasi perihal itu namun menganggapnya hal yang biasa. Nyatanya, beberapa jam setelah melaut ancaman akhirnya datang.

“Waktu itu sudah Hari Jumat subuh. Kapal kami tiba-tiba dihantam angin ribut dan ombak besar. Ombaknya lebih dari 1 meter,” ungkap Jasmin Ode menambahkan.
Jasmin yang juga pemilik kapal yang dipakai menyebut kondisi saat itu mencekam. Air sudah masuk ke dalam kapal dan merusak peralatan GPS sekaligus menghanyutkan tiga ekor Ikan Tuna yang mereka dapat.

“Tapi saat itu kami sudah berada di atas sebuah rakit. Kapal kami ikatkan di rakit karena sudah tidak mampu menghadapi ombak. Kami di situ selama tiga hari dua malam,” bebernya seraya menyebut lokasi rakit dimaksud, yakni di perairan Belang, Minahasa Tenggara.

Nah, di atas rakit itulah mereka mendapatkan pertolongan. Rakit itu dijaga seorang nelayan dan memiliki radio untuk berkomunikasi. Alhasil, setelah memanfaatkan radio tersebut Ading Cs akhirnya selamat. Mereka dievakuasi kapal penangkap ikan yang lebih besar dan dibawa ke Pelabuhan Perikanan Bitung.

“Kami dievakuasi Hari Minggu dan malamnya tiba di sini (Bitung,red),” imbuh Ading.
Sebagaimana peringatan dini BMKG soal dampak Siklon Tropis Surigae, cuaca ekstrim berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat bisa terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, termasuk Sulawesi dan Maluku. Kondisi cuaca tersebut disertai dengan kilat/petir dan tiupan angin kencang.

Tak cuma itu, dampak lain dari kemunculan siklon dimaksud juga terjadi di wilayah perairan. Beberapa perairan di Indonesia disebut akan mengalami gelombang tinggi antara 1 meter hingga 6 meter. Nah, perairan antara Pulau Sulawesi dan Kepulauan Maluku yang jadi lokasi penangkapan ikan Ading Cs, juga termasuk di dalamnya.(69)

Tinggalkan Balasan