Ajang Tomohon Internasional Flower Festival (TIFF) ke-9 pada 8 Agustus 2019 berlangsung meriah.
Pembukaan iven yang sudah masuk dalam 100 Calendar of Event Kementerian Pariwisata RI ditandai dengan pukulan alat musik tetengkoren dan alat musik kolintang. Hal itu dilakukan para Dubes, Menteri, Walikota dan Wakil Walikota Tomohon. Setelah itu dilanjutkan dengan tarian dan nyanyian ma’zani yang melibatkan 1530 guru hingga memecahkan rekor MURI.
Kemeriahan makin terlihat ketika parade 32 float kendaraan yang dihiasi berbagai macam bunga dari peserta sejumlah negara, pihak swasta, BUMN dan pemerintah daerah di Sulawesi Utara. Salah satunya float parade kendaraan hias dari PINKAN (Persatuan Insan Kolintang Nasional )
Keikutsertaan float Musik Kolintang oleh PINKAN dalam ajang TIFF menunjukan bahwa budaya Musik Nusantara asal Sulawesi Utara ini harus terus dilestarikan dan dikenal dimata dunia.
Kehadiran Ketua Umum DPP PINKAN Indonesia Penny Iriana Marsetio dan jajaran sangat diapresiasi oleh berbagai pihak. Karena selain mengambil bagian dalam mensukseskan TIFF 2019, juga menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) bersama Universitas Negeri Manado (UNIMA) oleh Dekan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Dr Donald M Ratu MHUN dan Kaprodi Sendratasik Dr Meyny Kaunang MPd. Penandatanganan terkait Ansambel Musik Kolintang Kayu (AMKK) di Rumah Budaya Nusantara (RBN) Ma’Zani Tomohon, Kamis (8/8/2019).
Penandatanganan kerja sama tersebut adalah bagian daripada upaya PINKAN dan UNIMA dalam berkolaborasi meningkatkan budaya seni dibidang musik Kolintang kayu. Sehingga langsung diapresiasi para pihak yang terlibat didalamnya.
Jody Arai Selaku Founder Rumah Budaya Nusantara Ma’Zani Tomohon mengungkapkan kegembiraannya. Dikatakanya bahwa dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, maka pihaknya sangat berterima kasih karena akan selalu memotivasi mereka dalam berkarya. “Kami akan terus mengajari anak-anak, pemuda dirumah budaya hingga menciptakan para pengrajin, pemain dan pelatih-pelatih yang handal serta menjadi pilar dalam pelestarian alat musik kolintang kayu, dan kiranya musik kolintang menjadi musik primadona di Sulawesi utara dengan perpaduan budaya yang lainnya, ungkapnya.
Marsetio dalam sambutannya mengatakan bahwa dengan adanya pendistribusian musik kolintang di setiap daerah, musik kolintang bisa berbunyi dari sabang sampai merauke dan tercarat resmi serta dapat diakui oleh dunia sebagai musik Indonesia.
“Target membawa Kolintang Goes to UNESCO adalah tugas yang membuat langkah para pengurus DPP Pinkan Indonesia terus tegap. Akan tetapi kami pun tidak boleh berjalan sendiri, karna membutuhkan dukungan dari semua pihak, terutama para pegiat ansambel musik kolintang kayu,” harapnya.
Dikatakannya juga bahwa menjalin kerjasama dengan UNIMA sangat baik. Karena atas inisiasi dan diprakasai oleh pihak-pihak yang kompeten dibidangnya.
“Kiranya bisa berkolaborasi mewujudkan kolintang Goes to UNESCO sebagai budaya Nusantara, apalagi ternyata ada Guru Besar bidang analisa musik di UNIMA,” katanya.
Apalagi UNIMA memiliki Prof Perry Rumengan yang merupakan Profesor musik pertama, terlebih soal analisa musik. Sehingga bisa berkolaborasi dengan para pengrajin, pemain dan pemerhati musik kolintang yang ada.
Dalam penanda tanganan MoU tersebut turut hadir Jalasenatri yang diketahui sebagai pemilik unit kolintang terbanyak untuk instansi di Indonesia, Ketua Dewan Pembina Pinkan Indonesia Laksamana TNI (Purn) Prof Dr Marsetio, Pembantu Rektor 4 UNIMA Drs Ronny Tuna MAP, Guru Besar bidang Analisa Musik UNIMA Prof Dr Perry Rumengan MSn, Ketua Harian Pinkan Indonesia Drs Jopie Rory SH MH, pengurus DPP Pinkan Indonesia, para dosen Sendratasik dan keluarga besar RBN Sanggar Ma’Zani.(into?*)