Mengamuk dengan parang dan senapan, polisi ikut jadi korban
METRO, Bitung- Polisi terpaksa melumpuhkan lelaki SN alias Stenly, warga Kelurahan Pinasungkulan, Kecamatan Ranowulu. Tindakan itu harus diambil karena pria ini telah melukai empat orang sekaligus. Mirisnya, diantara yang terluka ada ibu kandung Stenly dan dua perwira polisi.
Informasi yang dirangkum menyebutkan, Stenly diamankan Tim Gabungan Polres Bitung yang terdiri dari personil Polsek Ranowulu, personil Sat Sabhara Polres Bitung, dan personil Tim Resmob Sat Reskrim Polres Bitung. Dia diamankan di rumahnya pada Kamis (12/05) kemarin.
Ihwal penindakan terhadap Stenly bermula dari laporan yang diterima polisi. Informasinya pria 47 tahun itu telah menyerang ibunya dengan senjata tajam. Stenly menyabet salah satu telinga ibunya dengan menggunakan parang. Alhasil, wanita bernama Rientje Mogonta itu harus mendapatkan perawatan intensif. Bahkan informasi terakhir menyebut perempuan 82 tahun itu terpaksa dirujuk. Ia kini dirawat di RSUP Prof Kandou Manado.
Tak cuma ibunya, Stenly juga sempat menyerang salah seorang warga. Warga itu bernama Dolfie Worang, 49 tahun. Dolfie diserang Stenly dengan menggunakan senapan angin. Mirisnya, Dolfie jadi korban karena hendak membantu ibu Stenly.
“Korban mendapat tembakan saat dirinya hendak membantu. Dia mendengar ada ribut-ribut di rumah pelaku jadi dia datang ke situ,” ujar Iptu Andri Salmon selaku Kapolsek Ranowulu, membenarkan ketika dikonfirmasi via ponsel.
Penyerangan yang dilakukan Stenly terjadi pagi buta. Tak lama setelah kejadian itulah polisi menerima laporan dari warga. Awalnya laporan itu direspon oleh personil Polsek Ranowulu.
“Saya dan anggota langsung menuju ke TKP. Tapi waktu itu kami belum bisa mengamankan pelaku. Kondisinya tidak memungkinkan karena pelaku memegang parang dan senapan angin. Apalagi katanya pelaku punya gangguan kejiwaan,” ungkap Kapolsek.
Personil bantuan pun didatangkan ke lokasi kejadian. Yang datang adalah Tim Resmob Sat Reskrim Polres Bitung. Akan tetapi, personil tim tersebut juga belum berhasil mengamankan Stenly. Mereka belum mau mengambil tindakan tegas karena mengikuti protap.
“Dan pelaku juga bersembunyi di dalam kamar. Ada dua parang dan senapan angin yang dia bawa,” imbuh Kapolsek.
Personil bantuan pun kembali dihubungi. Kali ini yang datang tim dari Sat Sabhara Polres Bitung. Mereka bertugas menyemprotkan gas air mata ke kamar Stenly. Hal tersebut dilakukan dalam rangka mempermudah penangkapan. Ironisnya, belakangan dua personil tim ini ikut jadi korban penyerangan Stenly.
“Setelah menyemprotkan gas air mata tim masuk ke dalam untuk meminta pelaku menyerahkan diri. Prosedur tetap dijalankan karena kami ingin berakhir dengan baik. Tapi bukannya menyerah pelaku malah makin menjadi. Dia keluar dan menyerang petugas,” beber Kapolsek.
Saat itulah dua perwira polisi mengalami luka tebasan parang. Yang terluka adalah Kasat Sabhara AKP Julian Korompis, dan Kanit Turjawali Sat Sabahara Ipda Ferry Montolalu. AKP Julian terkena tebasan di bagian kaki, sementara Ipda Ferry di jari tangannya.
“Tim Resmob akhirnya mengambil tindakan tegas karena aksi pelaku sudah tidak terkendali. Pelaku dilumpuhkan dan langsung dibawa ke RSUD Bitung,” tukas Kapolsek.
Terkait proses hukum peristiwa dimaksud, Kapolsek mengaku akan menunggu laporan dari pihak yang jadi korban. Selain itu, polisi juga akan menunggu penjelasan perihal kondisi kejiwaan Stenly.
“Memang katanya seperti itu (mengalami gangguan jiwa,red). Tapi kami polisi harus memastikan. Kebetulan itu bukan ranah kami jadi kami harus menunggu dari pihak yang berkompeten. Dan terkait laporan juga akan kami tunggu,” paparnya.
Terpisah, Lurah Pinasungkulan Miske Matitaputty mengakui soal perilaku Stenly. Ia membenarkan jika selama ini yang bersangkutan kerap berulah meresahkan warga. Namun begitu, Miske menyatakan tidak tahu pasti perihal kondisi kejiwaan Stenly.
“Kalau kondisinya saya tidak bisa memastikan. Tapi selama ini yang masyarakat tahu memang seperti itu. Yang penting sekarang sudah diamankan jadi tidak membuat resah lagi,” katanya.(69)