Belum Optimal, Tim Sepakbola PON Sulut Butuh Manajer

SEPAKBOLA merupakan cabang olahraga bergengsi di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON). Karena itulah, Sulawesi Utara yang berhasil meloloskan cabor bergengsi harus benar benar siap ketika harus berkiprah di PON XX Papua, Oktober 2021 mendatang.

Keberhasilan meraih tiket PON XX Papua setelah absen selama kurun waktu 20 tahun harusnya benar benar dimanfaatkan oleh para pembina olahraga sepakbola di Sulut. Sebab, ketika Sulut berhasil lolos pada PON XIV Tahun 1996 di Jakarta dan PON XV Tahun 2000 di Surabaya, hasilnya tidak memalukan.

Bahkan di PON XIV Tahun 1996, Cabor Sepakbola Sulut sukses meraih medali perunggu. Sementara ketika berkiprah di PON XV Surabaya, meski hanya meraih kesempatan lolos babak delapan besar, tapi Sulut yang masih memiliki pemain-pemain berbakat seperti Firman Utina, Ricko Pangemanan, Wawan Assa, Franky Mananohas tidak memalukan.

Hasil capaian Cabor Sepakbola di PON XIV Jakarta 1996 dan PON XV Surabaya Tahun 2000 tidak lepas dari persiapan yang prima dengan topangan seorang manajer yang memiliki dedikasi dalam mempersiapkan tim yang solid. Sebaliknya, saat persiapan PON XX Papua, Cabor Sepakbola Sulut yang kembali setelah absen selama kurun waktu 20 tahun justru sangat meragukan.

Dikatakan meragukan karena hingga saat ini atau dalam kurun waktu sembilan bulan menjelang PON XX Papua, Cabor Sepakbola Sulut melakukan persiapan tanpa ditopang seorang manajer. Imbasnya, seleksi pemain hingga saat ini belum jelas, padahal pendaftaran pemain sudah harus dilakukan dalam waktu dekat ini.

Bahkan, agenda yang telah dijadwalkan KONI Sulut untuk pelaksanaan Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) Luar pada awal Maret 2021, belum ada kepastian soal komposisi pemain yang ideal untuk iven sebesar PON. Seharusnya, Asprov PSSI Sulut segera mencari solusi sekaligus menetapkan manajer tim sehingga ketika KONI Sulut mengumumkan jadwal TC Luar, siapa saja pemain yang akan didaftarkan sudah ada bayangan.

Semangat sang pelatih Tim Pelatda PON Cabor Sepakbola, Rudy Manumpil patut diapresiasi. Hanya saja, seorang pelatih idealnya hanya terfokus melatih secara teknis, sementara manajerial termasuk kebutuhan para pemain diatur oleh manajer. Tapi, karena Asprov PSSI Sulut hingga kini belum mampu menempatkan seorang manajer di Tim PON XX membuat sang pelatih harus ikut berpikir.

Sepakbola berbeda dengan cabor lainnya di ajang multi iven seperti PON. Sebab, selain harus banyak melakukan latih tanding baik di dalam maupun di luar daerah bahkan luar negeri, Sepakbola adalah cabor bergengsi di level PON. Jadi, jika nantinya justru Sepakbola Sulut tidak siap karena kurang mendapat support dari Asprov PSSI Sulut, dengan sangat terpaksa Sepakbola tidak perlu diberangkatkan ke PON.

Pengalaman saat Sulut dipermalukan di PON Remaja Tahun 2014 lalu janganlah terulang kembali di PON XX Papua. Karena itulah, waktu sembilan bulan dalam persiapan menuju PON XX Papua benar benar dilakukan oleh Asprov PSSI Sulut dengan menunjuk seorang manajer yang kapabel. Janganlah terlalu berharap KONI karena ada 23 cabor yang sedang dipersiapkan dengan dana yang sangat terbatas.(dni)

Tinggalkan Balasan