METRO, Manado- Nilai ekspor nonmigas Sulawesi Utara (Sulut) pada bulan Maret 2023 mengalami penurunan sebesar 67,85 juta dolar, jika dibandingkan dengan bulan Februari yang senilai 89,08 juta atau turun 23,83 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik Sulut, Asim Saputra mengatakan, penurunan ini lebih disebabkan karena turunnya harga komoditas utama seperti kopra, dan beberapa komoditas unggulan lainnya seperti cengkeh.
“Perkembangan ekspor mengalami periode perlambatan sebagai faktor musiman yang terjadi,” ujar Asim.
Jika dibandingkan dengan bulan Maret tahun 2022 atau secara year on year, maka kata Asim nilai ekspor Sulawesi Utara juga mengalami penurunan, yaitu sebesar 52,01 persen.
“Kinerja ekspor kita pada periode bulan Maret 2022 mencapai titik tertinggi yaitu 141 juta dolar. Yang cukup menggembirakan adalah bahwa kinerja volume ekspor terus menunjukkan perbaikan dibandingkan tahun lalu,” katanya.
Dijelaskan Asim, komoditas lemak minyak nabati masih mendominasi ekspor, dengan nilai mencapai 33,27 juta dolar atau 49,04 persen dari total ekspor.
“Golongan barang ini menjadi kontributor tertinggi terhadap nilai ekspor Sulut. Pada bulan Maret 2023 terjadi penurunan share golongan ini, dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 60,75 persen,” ungkap Asim.
Selain lemak minyak nabati, menurut Asim komoditas logam mulia dan perhiasan permata ikut memberi andil terhadap nilai ekspor Sulut, dengan sumbangsih sebesar 7,05 juta dolar, disusul komoditas olahan daging ikan krustasea dan moluska senilai 6,18 juta.
“Penurunan nilai ekspor komoditas lemak minyak nabati, disebabkan penurunan volume dengan harga yang relatif stabil,” terangnya.
Sementara penurunan nilai ekspor pada komoditas logam mulia dan perhiasan permata, lanjut Asim juga dikarenakan adanya penurunan volume di saat harganya meningkat.
“Sebaliknya, peningkatan nilai ekspor komoditas olahan daging ikan krustasea dan moluska lebih disebabkan oleh kenaikan harga yang cukup kompetitif,” tandasnya.(71)
Komentar