KORANMETRO.COM- Sampah bagi sebagian orang terkesan menjijikan karena harus berurusan dengan limbah rumah tangga. Namun ini tidak berlaku bagi pasangan suami istri (Pasutri), Viko Klemens Tandaju dan Meilan Singal, warga desa Pinabetengan Utara, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut).
Pemilik Bank Sampah Pinabetengan Raya ini, justru sukses mengubah sampah menjadi produk yang bernilai ekonomis, seperti sofa dan tas laptop.
Cerita sukses Pasutri ini dengan sampah diawali dari kecintaan keduanya terhadap alam. Viko dan Meilan, prihatin melihat sampah berserakan ketika keduanya melakukan aktivitas haiking.
“Kita awalnya pecinta alam senangnya mendaki gunung. Saat itu kami tergerak karena melihat banyaknya sampah yang dibuang sembarangan di kawasan pendakian gunung. Bukan hanya di gunung tetapi juga di lingkungan tempat kami tinggal, sehingga muncullah inisiatif ini. Dan di tahun 2020 kami berdua memutuskan untuk mulai mengumpulkan sampah dan mengolahnya,” ujar Meilan.
Dalam pengolahan sampah Viko dan Meilan menerapkan sistem ecobrick untu sampah plastik dan eco enzyme untuk sampah organik. Melalui sistem ini, sampah atau limbah plastik diolah sedemikian rupa menjadi produk bernilai ekonomis yang berdampak positif bagi perekonomian keluarga.
“Dari ecobrik kami buatkan sofa, yang sudah laku terjual. Pembelinya rata-rata kenalan di media sosial dan masyarakat sekitar. Sofa ecobrick ini juga diminati perusahaan BUMN seperti PLN dan Pertamina,” ungkap Viko.
Selain membantu ekonomi keluarga, Bank Sampah Pinabetengan Raya, juga memberi dampak positif bagi perekonomian masyarakat desa Pinabetengan dan sekitarnya, karena warga bisa menjual sampah ataupun menabung sampah.
“Jadi ada dua skema. Pertama, langsung kami bayar, dan kedua menabung sampah. kami terapkan sistem buku tabungan. Jadi ada catatan transaksi jual beli sampah. Saldo minimal penarikannya Rp50 ribu,” ungkap Viko.
Menurutnya, tantangan terbesar dalam menjalankan bisnis ini adalah membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya bank sampah. Pasalnya, kata Viko, masyarakat belum terbiasa dengan pola pikir membuang sampah di bank sampah. Meski begitu, ujarnya, kini masyarakat sudah mulai teredukasi pentingnya peran bank sampah.
“Setelah kurang lebih empat tahun, kini sisi positifnya mulai kami rasakan. Masyarakat sudah mulai sadar untuk tidak membuang sampah sembarangan dan memanfaatkan bank sampah. Desa kami semakin bersih, walaupun harus diakui memang belum semua warga yang memanfaatkan bank sampah,” paparnya.
Viko juga mengungkapkan bahwa selama menjalankan bisnis bank sampah, dirinya banyak dibantu oleh Pertamina PGE Area Lahendong. Bantuan yang diberikan antara lain berupa peralatan pengolahan sampah.
“Kami dapat bantuan alat pengolahan berupa oven pemanas, alat press, mesin amplas, dan gergaji. Kami jadi binaan Pertamina dan kerja sama karena kami CSR-nya mereka” ujar Viko.
Ia berharap kolaborasi dengan Pertamina terus berlanjut agar supaya manfaat yang dapat dibagikan kepada masyarakat juga semakin besar. “Kerja sama dengan PGE Lahendong tentunya kami berharap bisa lebih panjang lagi, supaya manfaat bagi lingkungan dan masyarakat semakin besar,” kata Viko.(ian)
Komentar