Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan 3 Level Pencegahan di Komunitas dengan Model Sistem Neuman

Oleh :

Ns Jelly Anny Pangkey S.Kep, Dr. Titih Huriah, S.Kep,Ns, M.Kep, Sp.Kom

PERILAKU hidup bersih dan sehat merupakan cerminan pola hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga. PHBS adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Mencegah lebih baik daripada mengobati, prinsip kesehatan inilah yang menjadi dasar pelaksanaan Program PHBS.

Kementrian Kesehatan dalam Rencana Strategis Kementrian  Kesehatan Tahun 2015-2019 menetapkan target perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)  sebesar 80%. Persentase rumah tangga yang mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan  Sehat tahun 2011 sebesar 53,9%, tahun 2012 sebesar 56,5% dan tahun 2013 sebesar  55,0% maka pencapaian PHBS tersebut masih jauh dari target yang telah ditetapkan pemerintah. Hasil Riskesdas Tahun 2018 ada tiga indikator GERMAS yang juga ada pada  indikator PHBS yang masih menjadi masalah dan belum menunjukan perbaikan  dibanding Riskesdas Tahun 2013. Indikator tersebut yaitu perilaku merokok, aktivitas fisik kurang pada penduduk umur ≥ 10 tahun dan konsumsi buah/sayur kurang.

Model sistem Neuman menyoroti bahwa keadaan sehat dan sakit dari  seseorang itu sebagai sistem yang holistik dan lingkungan mempengaruhi kesehatan. Klien dengan perawat membuat tujuan dan mengidentifikasi intervensi preventif yang sesuai. Individu, keluarga atau kelompok lain, komunitas atau jaringan sosial adalah sistem klien yang dilihat sebagai gabungan dari interaksi fisiologis, psikologis, sosial budaya, perkembangan, dan variabel spiritual  (Tomey dan Alligood, 2002).

Konsep yang dikemukakan oleh Betty Neuman adalah konsep “Health care System” yaitu model konsep yang menggambarkan aktifitas keperawatan yang ditujukan kepada penekanan penurunan stress dengan memperkuat garis pertahanan diri secara fleksibel atau normal maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah komunitas. Betty Neuman mendifinisikan manusia secara utuh merupakan gabungan dari konsep holistik ( fisiologis, psikologis, social budaya, perkembangan dan variabel spiritual) dan pendekatan sistem terbuka.  Sebagai sistem terbuka, manusia berinteraksi, beradaptasi dengan  disesuaikan oleh lingkungan, yang digambarkan sebagai stressor (Chinn dan Jacobs, 1995 dalam Potter dan Perry, 2005).

Menurut Neuman manusia merupakan system terbuka yang saling berinteraksi dengan lingkungan internal maupun eksternal yang dapat memicu penyebab stess (stresor). Dalam kehidupan sehari-hari individu selalu berusaha mempertahankan dan memenuhi kebutuhan biologi, psikologi dan social cultural. Adanya stressor seperti penyakit misalnya , menyebabkan seseorang bereaksi untuk mempertahankan kesehatannya melalui mekanisme pemecahan masalah atau koping tertentu. Penyebab  stressor dapat berasal dari diri sendiri, dari luar individu atau karena interaksi dengan orang lain. Pengaruh stressor pada seseorang tergantung pada tingkatan stressor, lamanya stressor serta kemampuan dan keefektifan koping yang digunakan.

Betty Neuman mendifinikasi manusia secara utuh merupakan gabungan dari konsep holistik dan pendekatan sistem terbuka. Tujuannya adalah untuk membantu individu, keluarga, dan kelompok untuk mendapatkan dan mempertahankan tingkat kesehatan maksimal melalui intervensi tertentu. Tindakan keperawatan meliputi tindakan preventif tingkat primer, sekunder atau tersier (Neuman, 1982 dalam Potter dan Perry, 2005).

1. Pencegahan primer

Pencegahan primer berfokus pada peningkatan pertahanan tubuh melalui identifikasi faktor-faktor resiko yang  potensial dan aktual terjadi akibat stressor tertentu. Pencegahan ini terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi : promosi kesehatan dan mempertahankan kesehatan. Pencegahan primer mengutamakan pada penguatan garis pertahanan pertama dengan cara mencegah stress dan mengurangi faktor-faktor resiko. Intervensi dilakukan jika resiko atau masalah sudah diidentifikasi tapi sebelum reaksi terjadi. Strateginya mencakup : immunisasi, pendidikan kesehatan, olah raga dan perubahan gaya hidup. Salahsatu contoh  kegiatan pencegahan PHBS pada level primer adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang pola hidup sehat.

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder berfokus pada penguatan pertahanan dan sumber internal melalui penetapan prioritas dan rencana pengobatan pada gejala-gejala yang tampak. Pencegahan ini meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari stressor. Pencegahan sekunder mengutamakan pada penguatan garis pertahanan kedua, mengurangi reaksi dan meningkatkan faktor-faktor resisten sehingga melindungi struktur dasar melalui tindakan-tindakan yang tepat sesuai gejala. Tujuannya adalah untuk memperoleh kestabilan sistem secara optimal dan memelihara energi. Jika pencegahan sekunder tidak berhasil dan rekonstitusi tidak terjadi maka struktur dasar tidak dapat mendukung sistem dan intervensi-intervensinya sehingga bisa menyebabkan kematian. Contoh kegiatan pencegahan sekunder adalah melakukan skrining dan deteksi dini penyakit.

3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali. Prinsip dari pencegahan tersier adalah untuk memberikan penguatan pertahanan tubuh terhadap stressor, dilakukan setelah sistem ditangani dengan strategi-strategi pencegahan sekunder. Pencegahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem klien secara optimal. Tujuan utamanya adalah untuk memperkuat resistansi terhadap stressor untuk mencegah reaksi timbul kembali atau regresi, sehingga dapat mempertahankan energi. (***)

 

 

Pos terkait