METRO- Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan pentingnya toleransi dan moderasi dalam memperkuat negara bangsa. Moderasi dan toleransi secara subtansi tidak jauh berbeda yang bertujuan mengarahkan perilaku beragama umat beragama di Indonesia untuk berada di jalur tengah atau moderat.
Hal ini disampaikan Menag saat menjadi pembicara dalam gelaran Kader Bangsa Fellowship Program (KBFP) Angkatan 9 Sekolah Pemimpin Muda Indonesia secara daring. Webinar ini diikuti ratusan peserta yang berasal dari tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pimpinan organisasi kepemudaan.
“Kita akui ada fakta dalam kehidupan sehari-hari ini, ada orang yang memaknai agama itu di satu sisi sangat ekstrem dengan tidak mentolelir orang yang berbeda keyakinan agama dengannya,” ujarnya.
Dia mengatakan, ditemukan orang dengan mudah mengatakan bahwa orang yang berbeda dengannya itu dianggap musuh dan oleh karena itu harus diperangi secara ideologi dan politik. Di sisi lain, ada juga sekelompok orang yang skeptis dengan agama dan merasa tidak perlu lagi ada agama.
“Kelompok ini memandang agama sebagai jalan buntu daripada jalan keluar,” kata Menag, Kamis (7/10/2021).
Dia mengatakan, moderasi beragama mencari titik temu antara kelompok yang sangat ekstrem dan kelompok yang sangat lunak itu. Keduanya dipertemukan di tengah sehingga mereka merasa bahwa agama itu sangat penting dan perlu.
Menurut Menag, seorang umat beragama boleh berkeyakinan kuat dan merasa agamanya paling benar. Di saat yang sama ia mesti menghargai keyakinan orang yang berbeda agama dan keyakinan dengannya.
“Hal begini tidak bisa disampaikan hanya dengan cara-cara konvensional dan harus beradaptasi,” ujarnya.
Selain Moderasi Beragama, dalam forum tersebut, Gus Yaqut juga memaparkan kemandirian pesantren yang masuk dalam program prioritas Kementerian Agama. Peran pemuda dalam menyongsong masa depan bangsa juga tidak lepas dari perhatian Menag Gus Yaqut.
“Pemuda adalah masa depan dan masa depan itu adalah pemuda. Pemuda hari ini akan menentukan masa depan. Pemuda sekarang harus tangguh dan memiliki kemampuan dalam menghadapai tantangan yang jauh lebih sulit kedepannya. Pemuda menjadi tulang pungung bangsa,” tandas Menag.(sumber: kemenag.go.id)