METRO, Manado- Hari Donor Darah Sedunia atau World Blood Donor Day (WBDD) diperingati setiap tanggal 14 Juni. Salah satu tujuan perayaan Hari Donor Darah Sedunia adalah untuk mendorong budaya donasi darah secara rutin, karena partisipasi masyarakat untuk donor darah masih rendah. Padahal, kebutuhan pasokan darah untuk menyelamatkan nyawa orang lain sangat tinggi.
Lantas berapa sebenarnya kebutuhan darah di Sulawesi Utara (Sulut)?
Ketua Unit Transfusi Darah PMI Minahasa Utara (Minut), dr. Harrold Sepang, menjelaskan berdasarkan standar World Health Organization, kebutuhan darah minimal di suatu negara yakni sebanyak 2% dari jumlah penduduk.
“Idealnya sebulan itu 400-500 kantong yang harus kita persiapkan, dan kadang-kadang itu tidak cukup karena darah adalah kebutuhan material yang benar-benar yang harus diambil dari tubuh manusia,” jelas Harrold.
Menurutnya, salah satu tantangan yang dihadapi guna mencukupi kebutuhan darah di Sulut yaitu stigma-stigma negatif yang berkembang di masyarakat tentang donor darah, padahal donor darah sangat baik untuk kesehatan. “Masih banyak pihak yang menyebarkan isu-isu yang tidak benar agar masyarakat takut dan trauma untuk mendonorkan darahnya,” ungkapnya.
Kata Harrold, pihaknya menggencarkan sosialisasi dan edukasi kepada masyakat tentang pentingnya menyediakan stok darah, serta manfaat kesehatan yang bisa diperoleh usai mendonorkan darah.
“Kita juga aktif turun ke sekolah-sekolah untuk pembinaan Palang Merah Remaja (PMR, red). PMR ini sangat penting karena donor darah harus dibina dari usia dini supaya kelak para remaja ini bisa jadi pendonor lestari,” ujarnya.
Harrold menambahkan, sepanjang bulan Juni ini, pihaknya melaksanakan kegiatan di beberapa tempat, antara lain donor darah di Rumah Sakit Sentra Media, dan pembagian sembako serta donor darah di Pulau Nain. “Puncak peringatan Hari Donor Darah Sedunia kami pusatkan di Kota Bitung dan Pendopo Kantor Bupati Minahasa Utara,” katanya.(ian)