KORANMETRO.COM- Warga di Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara mendeklarasikan gerakan stop buang air besar sembarangan (BABS).
Camat Wori, Kristina Doodoh, menjelaskan hingga kini sudah ada sudah 20 desa, terdiri dari 13 desa di daratan dan 7 desa kepulauan, yang bebas dari perilaku BABS.
“Di daratan tinggal satu desa yang belum yaitu Kima Bajo dan di kepulauan baru 1 desa yaitu Buhias,” ungkap Kristina, saat ditemui dalam acara deklarasi stop BABS di desa Wori, Senin (10/3/2025).
Kristina mengakui perilaku BABS dipicu oleh kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pola hidup sehat. “Tidak bisa dipungkiri bahwa perilaku BABS ini memang ada di masyarakat. Karena perilaku ini terkait dengan masalah fasilitas,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, penetapan desa stop BABS dilakukan berdasarkan hasil verifikasi oleh tim yang memeriksa seluruh rumah warga desa untuk melihat tempat BAB masyarakat dan memeriksa halaman sekitar untuk memastikan tidak ada lagi warga yang BAB di sembarang tempat selain di jamban.
“Tim juga akan memastikan jamban yang digunakan aman dan tidak mencemari lingkungan,” papar Kristina.
Menurut dia, Menteri Kesehatan telah mengeluarkan edaran kepada gubernur di seluruh daerah yang menghimbau agar Pemda memaksimalkan pencapaian minimal 1 desa atau kelurahan terverifikasi bebas BABS setiap tahun.
“Di Minut langkah ini sudah ditindaklanjuti dengan terbitnya peraturan bupati tentang sanitasi total berbasis masyarakat. Dan juga menindaklanjuti surat edaran tentang upaya pencapaian kelurahan atau desa stop BABS,” ungkap Kristina.
Kata dia, perilaku stop BABS diwujudkan melalui membudayakan perilaku buang air besar sehat yang dapat memutuskan alur kontaminasi kotoran manusia sebagai sumber penyakit secara berkelanjutan, dan menyediakan serta memelihara sarana buang air besar yang memenuhi standar dan persyarakan kesehatan.
“Kebijakan ini dapat mengurangi tingkat kesakitan dan juga kematian yang diakibatkan sanitasi yang kurang baik,” katanya.(ian)
