KORANMETRO.COM- Tingkat inflasi tahunan Sulawesi Utara pada September 2025 lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, bulan September 2025 Sulut mengalami inflasi tahunan sebesar 1,57 persen, lebih tinggi dari bulan Agustus yang sebesar 0,94 persen.
Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Minahasa Utara sebesar 2,56 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 111,60 dan inflasi terendah terjadi di Minahasa Selatan sebesar 1,04 persen dengan IHK sebesar 108,56.
Komoditas yang andil mendorong inflasi terbesar adalah beras, disusul emas perhiasan, biaya perguruan tinggi, bawang merah, tomat.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, Aidil Adha, menjelaskan harga beras pada bulan Agustus 2025 masih mengalami peningkatan karena pasokan beras yang berkurang dari luar Sulut dan sudah mulai berkurangnya hasil panen di wilayah Sulawesi Utara.
“Namun pada bulan September 2025 harga beras mulai mengalami penurunan karena pasokan beras yang melimpah dan adanya intervensi pemerintah melalui penyaluran beras SPHP,” ungkapnya.
Menurutnya, harga komoditas cabai rawit dan tomat juga mengalami kenaikan pada bulan September 2025 karena stok yang mulai berkurang baik di petani maupun pedagang pasca panen pada bulan sebelumnya.
Selain itu, harga daging babi juga mengalami kenaikan pada bulan September 2025 karena stok daging babi yang berkurang di pedagang khususnya di Kabupaten Minahasa Selatan.
“Pada bulan September 2025 harga bawang merah mengalami penurunan karena stok bawang merah yang melimpah dari luar daerah bersamaan dengan adanya panen di wilayah Sulawesi Utara,” jelasnya.
Aidil mengungkapkan, inflasi tahunan terjadi karena adanya peningkatan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks pada kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga; kelompok kesehatan; kelompok pendidikan; kelompok penyediaan makanan dan minuman; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 8,71 persen.
“Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, antara lain kelompok pakaian dan alas kaki; kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga; dan kelompok transportasi,” kata Aidil.(ian)