Pengobatan Tradisional Makatana Dalam Perspektif Teori Keperawatan Transkultural

Oleh:

Maryo Sengkeh S.Kep. Ns

Pembimbing :

Dr. Titih Huriah S.Kep. Ns, M.Kep, Sp.Kom

BANYAK hal dalam budaya Indonesia termasuk dalam cara mereka mempercayai dan mengobati diri mereka untuk membuat hidup mereka mampu menangani sakit yang mereka alami.

Sebagai contoh budaya pengobatan Minahasa Makatana, budaya minahasa sering diketahui cara dan adat yang mereka percayai untuk mengobati diri saat sakit adalah dengan pengobatan makatana.

Pengobatan Makatana bukanlah hal yang asing bagi budaya minahasa, lebih dari banyak orang minahasa masih menggunakan pengobatan makatana untuk mengobati sakit mereka sampai saat ini.

Mereka mempercayai adat dan budaya secara turun temurun. Mereka meyakini bahwa dengan pengobatan makatana dapat menyembuhkan tubuh serta dapat menghilangkan nyeri atau sakit badan yang dialami dan dengan hal tersebut dapat membantu penyembuhan yang mungkin telah dirasakan sebelumnya hal tersebut oleh suku Minahasa.

Hal tersebut menutup kemungkinan akan muncul dan berada di dalam rumah sakit, meski mereka telah mendapatkan penanganan dari tim kesehatan ada saja yang melakukan tradisi tersebut (Troutje, 2013).

Di sini kita tidak dapat mengkritik keyakinan dan praktik budaya kesehatan tradisional yang dilakukan. Budaya merupakan faktor yang dapat mempengaruhi asuhan keperawatan.

Asuhan keperawatan harus terus dilakukan bagaimana caranya menangani klien tanpa menyinggung perasaan klien dan mengkritik tradisi yang telah ada yang mungkin sulit untuk kita tentang dan ubah. Karena tujuan kita bukanlah untuk mengubah atau mengkritik tradisi tersebut, namun bagaimana perawat mampu melakukan semua tugasnya dalam memenuhi kebutuhan pasien.

Perkembangan ilmu keperawatan tidak lepas dari teori-teori keperawatan yang digagas oleh para ahli keperawatan. Teori-teori keperawatan ini bertujuan sebagai kerangka dasar dalam menunjang praktik keperawatan. Salah satunya yaitu teori keperawatan transkultural (Transcultural Care) yang dikembangkan oleh Madeleine Leininger.

Madeleine Leininger adalah seorang perawat professional pertama yang mendapatkan gelar doktor dalam ilmu antropologi sosial dan budaya. Teori Leininger ini berasal dari disiplin ilmu antropologi yang kemudian dikembangkan dalam konteks keperawatan.

Teori keperawatan transkultural menjabarkan tentang konsep keperawatan, dimana konsep ini didasari oleh pemahaman tentang perbedaan-perbedaan budaya yang melekat dalam masyarakat.

Menurut Madeleine Leininger (1991) “Transcultural nursing as a major area of nursing focused and comparative study and analysis of diverse culturs and subculturs in the world with respect to their caring values, expressions, health-illness beliefs, and patterns of behavior (Alligood, 2014).

Berdasarkan pengertian diatas, bisa disimpulkan bahwa keperawatan transkultural adalah suatu pendekatan asuhan keperawatan dari perawat yang berfokus pada klien dengan mempertimbangkan budaya, nilai-nilai dan kepercayaan klien di dalam perawatannya.

Selain berfokus pada klien, keperawatan transkultural membutuhkan pemahaman dan adaptasi perawat terhadap nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut klien.

Hal ini bertujuan agar perawat memberikan rasa nyaman kepada pasien didalam perawatannya.

Konsep Utama Keperawatan Transkultural

Leininger (1991) mengembangkan konsep utama dalam teorinya. Salah satu konsep bisa menjadi jalan masuk kepada keseluruhan teorinya (Alligood, 2014). Konsep-konsep yang dimaksud yaitu:

a. Care,mengacu kepada suatu fenomena abstrak dan konkrit yang berhubungan dengan pemberian bantuan, dukungan, atau memungkinkan pemberian pengalaman maupun perilaku kepada orang lain sesuai dengan kebutuhannya dan bertujuan untuk memperbaiki kondisi maupun cara hidup manusia.

b. Caring, mengacu kepada suatu tindakan dan aktivitas yang ditujukan secara langsung dalam pemberian bantuan, dukungan, atau memungkinkan individu lain dan kelompok didalam memenuhi kebutuhannya untuk memperbaiki kondisi kehidupan manusia atau dalam menghadapi kematian.

c. Culture.Kebudayaan disini mengacu pada nilai-nilai, kepercayaan dan cara hidup yang melekat pada individu maupun kelompok masyarakat dari satu generasi ke generasi lainnya.

d. Culture Care. Perawatan kultural  artinya mengacu kepada pembelajaran subjektif dan objektif dan transmisi nilai, keyakinan, pola hidup yang membantu, mendukung, memfasilitasi atau memungkinkan ndividu lain maupun kelompok untuk mempertahankan kesjahteraan mereka, kesehatan, serta untuk memperbaiki kondisi kehidupan manusia atau untuk memampukan manusia dalam menghadapi penyakit, rintangan dan juga kematian.

e. Cultural Care Diversity. Keragaman perawatan kultural mengacu kepada variabel-variabel, perbedaan-perbedaan, pola, nilai, gaya hidup, ataupun simbol perawatan di dalam maupun diantara suatu perkumpulan yang dihubungkan terhadap pemberian bantuan, dukungan atau memampukan manusia dalam melakukan suatu perawatan.

f. Cultural care universality. Kesatuan perawatan kultural mengacu kepada suatu pengertian umum yang memiliki kesamaan ataupun pemahaman yang paling dominan, pola-pola, nilai – nilai, gaya hidup atau simbol – simbol yang dimanifestasikan diantara banyak kebudayaan serta mereflesikan pemberian bantuan, dukungan, fasilitas atau memperoleh suatu cara yang memungkinkan untuk menolong orang lain (Terminlogy universality) tidak digunakan pada suatu cara yang absolut atau suatu temuan statistik yang signifikan.

g. Nursing. Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan profesi keilmuan serta disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan fenomena perawatan manusia yang bertujuan untuk membantu, memberikan dukungan, menfasilitasi, atau memampukan individu maupun kelompok untuk memperoleh kesehatan mereka dalam suatu cara yang menguntungkan yang berdasarkan pada kebudayaan atau untuk menolong orang-orang agar mampu menghadapi rintangan dan kematian.

h. World View. Pandangan dunia mengacu kepada cara pandang manusia dalam memelihara dunia atau alam semesta untuk menampilkan suatu gambaran atau nilai yang ditegakkan tentang hidup mereka atau lingkungan di sekitarnya.

i. Culture and Social Struktere Demensions. Dimensi struktur sosial dan budaya mengacu pada suatu pola dinamis dan gambaran hubungan struktural serta faktor-faktor organisasi dari suatu bentuk kebudayaan yang meliputi keagamaan, kebudayaan, politik, ekonomi, pendidikan, teknologi, nilai budaya dan faktor-faktor etnohistory serta bagaimana faktor-faktor ini dihubungkan dan berfungsi untuk mempengaruhi perilaku manusia dalam lingkungan yang berbeda.

j. EnviromentalContect(Lingkungan), mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau pengalaman-pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku manusia, interpretasi, dan interaksi sosial dalam lingkungan fisik, ekologi, sosial politik, dan atau susunan kebudayaan.

k. Etnohistory,mengacu kepada keseluruhan fakta-fakta pada waktu yang lampau, kejadian-kejadian, dan pengalaman individu, kelompok, kebudayaan serta suatu institusi yang difokuskan kepada manusia/masyarakat yang menggambarkan, menjelaskan dan menginterpretasikan cara hidup manusia dalam suatu bentuk kebudayaan tertentu dalam jangka waktu yang panjang maupun pendek. 

l. Generic Care System.Sistem perawatan pada masyarakat tradisional mengacu kepada pembelajaran kultural dan transmisi dalam masyarakat tradisional (awam) dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan tradisonal yang diwariskan untuk memberikan bantuan, dukungan atau memfasilitasi tindakan untuk individu lain, kelompok maupun suatu institusi dengan kebutuhan yang lebih jelas untuk memperbaiki cara hidup manusia atau kondisi kesehatan ataupun untuk menghadapi rintangan dan situasi kematian. 

m. Profesional Sistem. Perawatan profesional mengacu kepada pemikiran formal, pembelajaran, transmisi perawatan profesional, kesehatan, penyakit, kesejahteraan dan dihubungkan dalam pengetahuan dan keterampilan praktek yang berlaku dalam institusi profesional biasanya personil multi disiplin untuk melayani konsumen. 

n. Health. Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan secara kultural memiliki nilai dan praktek serta merefleksikan kemampuan individu maupun kelompok untuk menampilkan kegiatan budaya mereka sehari-hari, keuntungan dan pola hidup

o. Culture Care Preservation/maintenance.Mempertahankan perawatan kultural mengacu kepada semua bantuan, dukungan, fasilitas atau pengambilan keputusan dan tindakan profesional yang memungkinkan yang dapat menolong orang lain dalam suatu kebudayaan tertentu dan mempertahankan nilai perawatan sehingga mereka dapat memperthanakan kesejahteraannya, pulih dari penyakit atau menghadapi rintangan mapun kematian. 

p. Culture Care Acomodation/negotiation. Teknik negosiasi atau akomodasi perawatan kultural mengacu pada semua bantuan, dukungan, fasilitas, atau pembuatan keputusan dan tindakan kreatifitas profesional yang memungkinkan yang menolong masyarakat sesuai dengan adaptasi kebudayaan mereka atau untuk bernegosiasi dengan fihak lain untuk mencapai hasil kesehatan yang menguntungkan dan memuaskan melalui petugas perawatan yang professional.

q. Culture Care Repattering/restructuring. Restrukturisasi perawatan transkultural mengacu pada seluruh bantuan, dukungan, fasilitas atau keputusan dan tindakan profesional yang dapat menolong klien untuk mengubah atau memodifikasi cara hidup mereka agar lebih baik dan memperoleh pola perawatan yang lebih menguntungkan dengan menghargai keyakinan dan nilai yang dimiliki klien sesuai dengan budayanya.

r. Culturally Congruent Care for Health, Well-being or Dying.Perawatan kultural yang kongruen mengacu kepada kemampuan kognitif untuk membantu, mendukung, menfasilitasi atau membuat suatu keputusan dan tindakan yang dapat memperbaiki kondisi individu, atau kelompok dengan nilai budaya, keyakinan dan cara hidup yang berbeda, yang bertujuan untuk memperoleh kesejahteraan dan kesehatan.

Berdasarkan beberapa konsep utama dari teori transkultural keperawatan, Leininger (1991) menyebutkan bahwa dalam melakukan tindakan keperawatan, perawat harus memperhatikan tiga prinsip berikut:

1. Mempertahankan budaya(Culture care preservation/ maintenance)

Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.

2. Negosiasi budaya(Culture care accommodation/ negotiation)

Prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan budaya yang ada, yang merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup klien.

Negosiasi budaya dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.

3. Restrukturisasi budaya(Culture care repatterning/ restructuring)

Prinsip merekonstruksi atau mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah yang lebih baik. Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut (Asmadi, 2008).

Hasil akhir yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transkultural pada asuhan keperawatan adalah tercapainyaculture congruent nursing carry health and well being yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan budaya dan pengetahuan kesehatan yang sensitive, kreatif, serta cara-cara yang bermakna guna mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi klien. (***)

 

Pos terkait