METRO, Manado- Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada September 2020 Kota Manado mengalami deflasi 0,36 persen, karena adanya penurunan indeks harga konsumen dari 105,26 pada Agustus 2020 menjadi 104,88 pada September.
Deflasi di Manado utamanya didorong oleh penurunan indeks yang terjadi pada kelompok pengeluaran transportasi sebesar 2,30 persen. Selain transportasi, kelompok pengeluaran yang juga mendorong terjadinya deflasi yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan, kelompok rekreasi, olahraga dan budaya.
“Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami peningkatan indeks diantaranya kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga, dan kelompok penyediaan makanan dan minuman,” ujar Kepala BPS Sulut, Ateng Hartono kepada awak media lewat streaming youtube, Kamis (01/10) kemarin.
Dijelaskan Ateng, komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap deflasi Kota Manado adalah angkutan udara, ikan cakalang/ikan sisik, bawang merah, tomat sebesar, ikan malalaugis/ikan sohiri, daging babi, ikan deho, daging ayam ras, cabai merah, dan sabun cair/cuci piring sebesar. “Sementara komoditas yang memberikan sumbangan inflasi terbesar diantaranya cabai rawit, lemon, kayu lapis, telur ayam, emas perhiasan, ikan selar/ikan tude, dan bawang putih,” ungkapnya.
Ateng menambahkan, di Pulau Sulawesi tercatat lima kota mengalami inflasi dan delapan kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Kendari sebesar 0,26 persen dan inflasi terendah terjadi di Kota Makassar dan Kota Bulukumba masing-masing sebesar 0,05 persen.
“Deflasi tertinggi terjadi di Kota Bau-Bau sebesar 0,40 persen dan deflasi terendah terjadi di Kota Gorontalo sebesar 0,06 persen,” tandas Ateng.(71)