BATAL menjalani program latihan bersama dengan kontingen lain di Pangandaran Jawa Barat membuat para pelatih Cabor Terjun Payung Sulut harus merevisi jadwal dan program Pelatda PON.
Informasi dari Pingkan Natalia Mandagi, salah satu atlet senior, pihaknya harus merevisi program latihan mengingat rencana latihan di Australia dan Pangandaran tidak bisa terealisasi akibat merebaknya Pandemi Covid-19.
Menurutnya, salah satu kendala sehingga tiga atlet terjun payung Sulut sulit menjalani program Pelatda di Manado karena minimnya dukungan fasilitas berupa pesawat. Akibatnya, hingga saat ini pihaknya hanya bisa berlatih secara mandiri dengan fokus latihan fisik.
Salah satu item untuk mendukung revisi program latihan cabor terjun payung Sulut menurut Pingkan adalah mendatangkan pesawat ke Manado untuk digunakan sebagai sarana latihan. Konsekuensi dari perubahan program akan berdampak pada anggaran.
Sebab, untuk mendatangkan pesawat latihan ke Manado tentunya akan menyedot anggaran yang tidak sedikit. “Karena itulah, kami sangat hati-hati dalam menyusun revisi program latihan karena sangat berhubungan dengan penganggaran,” ujar Pingkan.
Seperti diketahui, pada dua PON terakhir yakni di Riau Tahun 2012 dan 2016 di Jawa Barat, Cabor Terjun Payung Sulut memilih lokasi Pelatda PON di Australia. Alasannya, di negara Kangguru sarana berupa pesawat lebih mudah dan dananya terjangkau dengan jumlah penerjunan lebih banyak.(dni)