METRO, Tondano- Universitas Negeri Manado (Unima) menjadi kampus pertama di Pulau Sulawesi yang bakal memiliki laboratorium Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Hal itu ditandai dengan digelarnya groundbreaking atau peletakan batu pertama pembangunan PLTS di samping Workshop Fakultas Teknik Unima, Jumat (10/6) pekan lalu.
Anggaran proyek diperkirakan mencapai Rp6,8 miliar dan kapasitas 0,4 Megawatt peak (MWp) ini akan menjadi pembangkit listrik kesembilan di seluruh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di tanah air. Itu merupakan kolaborasi/kerja sama Unima bersama PT Wijaya Karya (WiKA), PT SUN Energy dan PLN Persero.
Rektor Unima Prof Deitje Adolfien Katuuk mengatakan hal ini merupakan langkah awal kebangkitan energi baru terbarukan secara nasional, sekaligus pembangkit listrik ini sebagai laboratorium bagi mahasiswa maupun dosen. Bahkan, bisa menjadikan pusat penelitian dan riset yang dihasilkan dari pembangkit listrik ini.
PLTS ini nantinya akan memunculkan satu program studi yang baru di Unima, yaitu Program Studi Energi Terbarukan untuk pengembangan perguruan tinggi di Sulut.
Direncanakan, proyek pembangunan selesai November 2022, dan PT WiKA akan siapkan panel sebesar 0,4 MWp.
Direktur Sumber Daya, Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Dr. Mohammad Sofwan Effendi, M.Ed mengatakan, bahwa kementerian telah bekerja sama dengan PT WiKA supaya setiap kampus negeri maupun swasta bisa memanfaatkan potensi energi yang ada, tentu dengan menyediakan lahan sehingga boleh membangun, karena sudah ada kerja sama antara PT WiKA, SUN Energy dan PLN, dengan demikian akan terbangun satu PLTS.
Tujuan kerja sama ini sebagai wahana pembelajaran bagi dosen dan mahasiswa. Selain itu, mahasiswa magang bisa menerapkan pemahaman keilmuannya. Kemudian akan berkolaborasi antara dosen akademik dengan para praktisi mengajar yang menyediakan profesional keahlian, sehingga mahasiswa akan mendapatkan dua poin sebagai bekal pengetahuan, baik dari dosen yang membimbing di kelas maupun pengalaman dari praktisi industri.
“Di Unima sendiri yang dibutuhkan kapasitas sekitar 0,4 MWp, karena hanya itu yang dibutuhkan. Awalnya, PLTS ini hanya digunakan di kampus dan tidak menutup kemungkinan bisa melayani masyarakat sekitar, tinggal kita lihat potensi dari hasil energi listrik ini,” katanya.(38)






