GUNA memacu atlet menuju PON XXI Tahun 2024, Pengurus Provinsi PELTI Sulawesi Utara yang baru saja terbentuk dan dilantik Ketua PP PELTI perlu segera menyusun grand disign dengan mengedepankan program jangka pendek.
Hal tersebut dikemukakan pemerhati olahraga tenis lapangan nasional, Ferry Raturandang. “Program jangka pendek yaitu menuju PON XXI disiapkan 4-5 pemain putra dan putri selain dilatih oleh pelatihnya juga diikutsertakan ke turnamen nasional,” usul Raturandang.
“Pemilihan pemain melalui suatu proses seleksi yang dalam periode tertentu dilakukan promosi dan degradasi sehingga suasana kompetitif terjadi dengan fair. Petenis akan termotivasi tetap jaga performancenya,” katanya lewat rilis kepada METRO.
“Bidang pertandingan menyusun kalender turnamen nasional yunior dan umum. Perlu dìselenggarakan Turnamen Diakui Pelti dengan prize money secukupnya di Manado atau Tondano Keuntungannya banyak atlet tuan rumah yang ikut merasakan,” lanjut Raturandang.
“Tetapi kalau sediakan prize money besar so pasti petenis tuan rumah sebagai penonton gigit jari karena petenis tuan rumah tidak punya Peringkat Nasional. Peserta datang dari luar Manado berbondong bondong memborong prize money tersebut,” imbuhnya.
Dikatakannya, Turnamen bagi Pelti merupakan salah satu sumber income baik itu Pelti Pusat maupun Daerah dan sudah pernah penulis buktikan selama ini, sedangkan Pembinaan sumber pengeluaran dana organisasi Pelti.
“Jika Pelti Sulut untuk 2022 tersedia dana dalam setahun Rp 500 juta khusus turnamen nasional. Dengan dana sebesar itu bisa dibuat 1 (satu) turnamen atau lebih bermanfaat untuk 3 (tiga) turnamen nasional,” sebutnya.
“Jangan kita mendambakan atlet nasional yang datang berakibat nantinya petenis tuan rumah hanya menjadi penonton karena mayoritas belum memiliki Peringkat Nasional. Adanya Turnamen akan membantu petenis tuan rumah memperoleh Peringkat tanpa mengeluarkan biaya besar”.
Dari data yang ada, lanjut Raturandang, Sulut mampu selenggarakan turnamen nasional mulai dari Paskah, HUT Provinsi, Panglima Cup, Christmas. Belum lagi jika memungkinkan Walikota Manado Cup , Bupati Minahasa Cup atau Kodim Cup.
“Semua adalah level nasional, dimana pemain dapat poin Peringkat Nasional sehingga dijamin program Sulut voor PON XXI terealiser. Tetapi jangan terlalu jorjoran dengan prize money karena akibatnya petenis tuan rumah akan gigit jari,” tukasnya.
“Buatlah turnamen ntuk pemain sendiri. So pasti ada saja beberapa tamu mau datang dengan biaya sendiri yang membutuhkan akomodasi dan konsumsi. Yang menikmati hotel, travel dan resto artinya PAD bertambah.”
“Yang tidak kalah penting yang merupakan jantung organisasi yaitu bidang DANA yang bisa menghimpun dana baik dari Pemerintah Daerah dan swasta. Ingat Tennis is Business sehingga pihak sponsor merasakan manfaatnya kemudian,” katanya.
Dan jangan lupa kerja sama bidang Humas yang sebenarnya lebih kepada Public Relations, untuk aktif mendongkrak pertenisan Sulut sebagai gudang atlet tenis nasional selama ini.(*/dni)