METRO- Bila tidak dilakukan penanganan COVID-19 dengan optimal, penambahan kasus Corona di Indonesia masih bisa lebih tinggi lagi. Skenario terburuknya, dalam sehari bisa bertambah 1 juta orang mengalami sakit yang diakibatkan virus Corona.
Skenario terburuk kasus COVID-19 di Indonesia pada Agustus 2021 disampaikan epidemiolog yang juga peneliti Griffith University, Australia, Dicky Budiman.
Dicky membuat perhitungan skenario terburuk lonjakan kasus COVID-19 RI dengan memasukkan beberapa unsur, yaitu pembatasan yang tidak efektif dan angka positivity rate 20 persen-an, lalu tes dan lacak kecil serta ditambah varian Delta yang memiliki angka reproduksi 8 (satu orang terinfeksi bisa menularkan ke delapan orang lainnya).
Untuk proyeksi terburuk, masa puncak akan dicapai pada pada akhir Juli hingga Agustus. Puncaknya terjadi pada pertengahan Agustus yang mencapai satu juta kasus COVID-19 per hari. Lalu, jumlah kematian yang bisa terjadi adalah sekitar 5.000-an kasus per hari.
“Prediksi angka kematian itu karena banyak kasus tidak terdeteksi di rumah sehingga ya lambat ketemu, lambat ditangani, lambat dirujuk, dan lambat mendapatkan perawatan keseahtan. Saat ingin membawa ke rumah sakit tapi penuh sehingga bisa banyak yang tidak tertanggulangi,” kata Dicky, Kamis (30/6/2021).
Mengingat mayoritas banyak orang dengan COVID-19 di Indonesia tidak menjalani tes maka banyak kasus yang tidak terlapor dalam data pemerintah. Ditambah lagi kultur sebagian masyarakat Indonesia tidak memeriksakan diri saat jatuh sakit.
“Yang tambahan 20-ribuan kasus COVID-19 sekarang itu hanya mereka yang datang saja ke rumah sakit atau pusat layanan medis. Mayoritas orang Indonesia tidak di-tes kan,” kata Dicky.
“Jadi, laporan yang disampaikan pemerintah itu laporan seadanya, laporan dari mereka yang ada di RS atau melaporkan ke pusat layanan kesahtan. Karena memang kita bukan negara dengan intervensi testing yang masif, aktif, dan agresif,” dia menambahkan.(sumber: liputan6.com)