BPS: Daya Beli Petani di Sulawesi Utara Menurun

>> Membaiknya harga komoditi di subsektor tanaman perkebunan rakyat, terutama komoditi cengkih, kakao dan pala biji, berimbas pada kenaikan indeks yang diterima oleh petani.
Pertumbuhan ekonomi Sulut didorong oleh aktivitas produksi pertanian yang tumbuh stabil. Selama triwulan II terjadi peningkatan produksi yang tinggi pada tanaman perkebunan khususnya cengkeh.

METRO, Manado- Daya beli petani di Sulawesi Utara (Sulut) pada bulan September 2022 menurun. Ini tercermin dari data Nilai Tukar Petani (NTP) Sulut yang turun 1,34 persen, dari 109,28 di bulan Agustus menjadi 107,82 pada September.

Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara, Asim Saputra mengungkapkan, menurunnya NTP imbas dari indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan 0,71 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani naik 0,63 persen.

Bacaan Lainnya

“NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat daya beli petani, dengan mengukur kemampuan tukar produk yang dijual petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi maupun untuk konsumsi rumah tangga petani,” jelas Asim.

Semakin tinggi NTP, maka kata Asim kemampuan daya beli atau daya tukar petani relatif lebih baik dan tingkat kehidupan petani juga lebih baik.

“Meskipun harga beberapa komoditas pertanian mengalami penurunan, namun nilai tukar petani di Sulawesi Utara masih di atas 100. Posisinya masih menguntungkan petani,” ucapnya.

Menurutnya, dari lima subsektor pertanian yakni tanaman perkebunan rakyat, perikanan, peternakan, dan tanaman pangan, hanya tanaman hortikultura yang mengalami kenaikan NTP, sedangkan empat subsektor lainnya menunjukkan penurunan.

“Penurunan tertinggi dialami oleh tanaman perkebunan rakyat yang mencapai 2,48 persen,” ungkap Asim.

Dijelaskan Asim, kenaikan NTP di tanaman hortikultura didorong oleh indeks buah-buahan yang naik cukup tinggi hingga 3,09 persen, dengan komoditi yang mengalami kenaikan harga yakni salak, nanas, duku, dan pepaya.

“Sementara komoditas sayur-sayuran yang mengalami kenaikan harga yaitu cabai hijau, seledri, tomat, terung, dan sawi hijau. Membaiknya harga pada hasil produk hortikultura cukup menguntungkan petani,” ungkap Asim.

Lanjut dia, sektor perkebunan rakyat masih terus mengalami penurunan. Beberapa komoditas unggulan seperti kelapa aren dan karet terus menurun. “Komoditi perkebunan yang mengalami penurunan harga yaitu kelapa, karet, aren enau, dan kemiri,” pungkasnya.(71)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan