METRO, Manado- Salah satu pembangkit listrik tertua di Indonesia ada di Provinsi Sulawesi Utara, tepatnya di Desa Tonsea Lama, Kecamatan Tondano Utara, Kabupaten Minahasa.
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Tonsea Lama merupakan energi baru terbarukan (EBT) tertua di Indonesia.
Pembangkit yang dibangun di zaman penjajahan Belanda di tahun 1912 ini hingga sekarang masih terawat baik dan menjadi salah satu tulang punggung sumber kelistrikan di Tanah Nyiur Melambai.
PLTA Tonsea Lama memiliki kapasitas sebesar 40 MW dan hingga tahun 2022 mampu memproduksi listrik hingga 67 juta kWh dengan tren produksi yang terus meningkat setiap tahun.
Hal ini menunjukan bahwa PLTA Tonsea Lama tidak lekang termakan usia dan terbukti mampu menjadi salah satu pembangkit EBT andalan di Indonesia.
Tidak hanya itu, statusnya sebagai pembangkit tertua juga membawa nilai herritage yang tinggi.
Seperti diketahui bersama bahwa Sulawesi saat ini menjadi sistem listrik EBT terbesar di tanah air, salah satunya yakni PLTA Tonsea Lama.
“Begitu banyak inovasi yang telah dilakukan oleh insan PLN di Indonesia untuk dapat terus meningkatkan bauran EBT, hal ini tentu patut diapresiasi,” kata Adi Lumakso, Direktur Manajemen Pembangkitan PLN, saat mengunjungi PLTA Tonsea Lama, pada Selasa (11/7).
PLTA Tonsea Lama termasuk dalam tujuh pembangkit pertama milik s’Lands Waterkracht Bedriven, perusahaan listrik di Hindia Belanda, yang didirikan pada 1927 dan menjadi cikal bakal PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Mulai dibangun pada 1928, Tonsealama menjadi pembangkit pertama di Indonesia yang menggunakan aliran sungai sebagai sumber energi primernya yang berasal dari Danau Tondano.
Secara historis PLTA Tonsea Lama memiliki begitu banyak nilai yang berharga. Selain menjadi salah satu tulang punggung sistem kelistrikan di Sulawesi Utara, PLTA Tonsea Lama juga menjadi saksi bisu bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan dan merintis kelistrikan.(71)
Komentar