Sulawesi Utara Selesaikan Program Biosekuriti Berbasis Komunitas Melawan ASF

KORANMETRO.COM- Program biosekuriti berbasis komunitas untuk mencegah dan mengendalikan penyakit demam babi afrika atau African Swine Fever (ASF) yang sangat menular di Sulut telah berhasil menurunkan angka kematian babi.

Program ini juga sukses memastikan keberlangsungan mata pencaharian para peternak di daerah percontohan, sehingga menjadi model yang dapat diterapkan di seluruh Indonesia.

Bacaan Lainnya

Program intervensi biosekuriti komunitas untuk demam babi afrika (Community ASF) Biosecurity Intervention/CABI) merupakan inisiatif bersama antara Kementerian Pertanian (Kementan) Indonesia dan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (Food and Agriculture Organization/FAO) melalui Pusat Darurat untuk Penyakit Hewan Lintas Batas (Emergency Centre for Transboundary Animal Diseases/ECTAD) Indonesia.

ASF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus, yang menginfeksi babi dan babi hutan dengan tingkat kematian kasus hingga 100 persen.

Meskipun tidak memengaruhi kesehatan manusia, penyakit ini dapat menimbulkan dampak serius yang mengancam populasi babi dan keanekaragaman hayati, mata pencaharian peternak, dan ketahanan pangan.

Menanggapi hal ini, program CABI meningkatkan kesadaran peternak dan membekali mereka dengan pelatihan, sumber daya, dan keterampilan praktis untuk menerapkan praktik biosekuriti yang efektif dan terjangkau di lahan peternakan mereka.

Kegiatan yang dilakukan mencakup menjaga kebersihan kandang dan pribadi hingga membatasi pergerakan keluar masuk peternakan.

Program ini telah berhasil dilaksanakan di tiga wilayah percontohan sasaran di Sulawesi Utara, provinsi yang dianggap sangat rentan terhadap ASF karena populasi babi yang tinggi.

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara, Wilhelmina Pangemanan, mengatakan inisiatif ini telah menunjukkan betapa besar pencapaian yang dapat diraih peternak jika mereka dibekali dengan perangkat yang tepat dan dipercaya untuk memimpin.

“Hasilnya, kami menyaksikan ketahanan masyarakat yang lebih kuat dan peningkatan kesadaran dalam mencegah penyebaran ASF,” ujar Wilhelmina.

Ia berharap program ini dapat diperluas dan direplikasi secara nasional, sehingga lebih banyak masyarakat yang dapat merasakan manfaatnya.

“Program CABI secara signifikan memperkuat biosekuriti di tingkat masyarakat, meningkatkan sistem monitoring penyakit, dan memberdayakan peternak untuk mencegah wabah di masa mendatang dengan lebih baik,” ungkap Wilhelmina.

Sebagai hasil dari penerapan praktik biosekuriti, peternak telah merasakan manfaat ekonomi, berkat menurunnya angka kematian ternak, meningkatnya harga jual di atas harga pasar, dan tumbuhnya kepercayaan pembeli.

Selain kemajuan signifikan dalam kapasitas di tingkat komunitas, program CABI juga telah meningkatkan surveilans penyakit dengan merehabilitasi laboratorium provinsi, yang memungkinkan deteksi kasus ASF yang lebih cepat dan akurat. Hal ini menandai langkah penting dalam melindungi kesehatan hewan dan ketahanan pangan di provinsi tersebut.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Agung Suganda, menjelaskan program CABI telah menunjukkan bahwa pemberdayaan di tingkat masyarakat adalah kunci untuk memerangi ASF.

“Dengan membekali peternak dengan pengetahuan, bimbingan teknis, serta perangkat yang tepat, kita tidak hanya melindungi sumber mata pencaharian peternak, tetapi juga memperkuat sistem kesehatan hewan di tingkat nasional,” ungkap Agung.

Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor-Leste, Rajendra Aryal, menggarisbawahi pentingnya program CABI dalam meningkatkan kemampuan Indonesia dalam memerangi ASF.

“Program CABI tidak hanya meningkatkan biosekuriti di tingkat komunitas, tetapi juga menawarkan wawasan berharga tentang bagaimana intervensi yang terarah dan berbasis lokal dapat memberikan dampak yang berarti dalam pencegahan penyakit,” ujar Rajendra.

“Dengan melibatkan peternak secara langsung dan memperkuat biosekuriti di tingkat komunitas, kami mendorong pendekatan berkelanjutan untuk melindungi sektor peternakan dan mata pencaharian yang bergantung padanya,” imbuhnya.(swm)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan