PENEGASAN Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey untuk mewajibkan Kabupaten Kota di Bumi Nyiur Melambai minimal membina dua atlet berprestasi tampaknya masih sebatas wacana.
Pasalnya, sejak penegasan Gubernur Olly saat menyampaikan sambutannya di acara pelantikan Pengurus KONI Provinsi Sulut, Sabtu 19 Juni 2021 lalu, hingga kini belum ada tindak lanjut dari instansi yang membawahi olahraga baik di tingkat provinsi maupun kabupaten kota.
“Nantinya pemerintah provinsi akan mewajibkan setiap kepala daerah di Sulut untuk membina minimal dua atlet untuk meraih prestasi pada PON XXI Tahun 2021,” kata Gubernur Olly didepan Ketua Umum KONI Pusat, Marciano Norman serta sejumlah bupati dan walikota yang hadir di Hotel Luwansa, Manado.
Sayangnya, sudah lebih dari tujuh bulan, belum ada tindak lanjut terkait dengan upaya Kabupaten Kota dalam membina atlet. Bahkan, instansi terkait seperti Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora) Provinsi Sulut, yang seharusnya memfasilitasi apa yang disampaikan gubernur, hingga kini masih belum ada actionnya.
Imbasnya, harapan Gubernur Olly agar Kabupaten Kota memberikan sumbangsih prestasi di PON XXI Aceh dan Sumatera Utara Tahun 2024, tampaknya masih isapan jempol. Apalagi, hingga enam bulan setelah penegasan Gubernur Olly, belum ada kabupaten kota yang menyusun grand disign dalam upaya mencetak atlet berprestasi.
Penegasan Gubernur Olly agar Kabupaten Kota berperan dalam pembinaan atlet berprestasi karena orang nomor satu di Sulut tersebut alergi dengan cara mendapatkan atlet secara instan lewat pembelian atlet berprestasi dari luar Sulut jelang Pra PON dan PON.
Hal itu sudah dibuktikan gubernur Olly ketika menjabat Ketua Umum KONI Sulut selama dua periode dari Tahun 2012 hingga 2020, tidak ada atlet dari luar provinsi yang dibeli untuk memperkuat kontingen Sulut di PON XVIII Tahun 2012 di Provinsi Riau dan PON XIX Tahun 2016 di Jawa Barat.
Sebenarnya jika melihat potensi atlet di Kabupaten Kota, selain Kota Manado, ada Kota Bitung yang memiliki sumberdaya atlet yang siap diorbitkan hingga level nasional. Contohnya cabor tinju, pencak silat dan kempo. Kemudian, Kota Tomohon, ada beberapa cabor yang bisa dikembangkan seperti selam, renang.
Kabupaten Minahasa yang ditopang dua sekolah khusus olahraga yakni Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) di Tondano serta Sekolah Menengah Atas Negeri Keberbakatan Olahraga (SMANKOR) di Kawangkoan, juga bisa memilih untuk membina atlet yang masuk dalam program PPLP dan SMANKOR seperti Pencak Silat, Tinju, Bulutangkis, Atletik dan Karate.
Untuk Kabupaten Kepulauan baik di Sangihe, Sitaro dan Talaud, perlu dilakukan identifikasi ataupun pemetaan peluang atlet yang akan dibina. Sebab, potensi anak anak kepulauan sangat besar jika ditunjang fasilitas dan sumberdaya pelatih yang punya kemampuan. Yang pasti harapan gubernur untuk kebangkitan olahraga di Sulut tinggal bagaimana peran pemerintah kabupaten kota.(dni)
Komentar