METRO, Manado- Perhiasan mulai menjadi salah satu komoditi andalan dalam mendongkrak nilai ekspor Sulawesi Utara, seiring menurunnya ekspor komoditi lemak dan minyak hewani/nabati akibat berkurangnya permintaan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Utara, diketahui bahwa komoditi ini mulai dilirik Singapura, yang dalam 3 bulan terakhir menjadi negara tujuan ekspor nonmigas terbesar dari daerah ini. Dan perhiasan menjadi produk yang paling banyak diekspor ke negara tersebut.
“Golongan barang ini (perhiasan, red) bisa lebih diandalkan di Sulawesi Utara karena mengalami peningkatan. Ekspor produk ini ke Singapura pada bulan Januari sampai September 2019 sebesar 96,14 juta US$, meningkat sebesar 50,29 persen dibandingkan dengan Januari-September tahun sebelumnya,” ujar Kepala BPS Sulut, Ateng Hartono.
Dijelaskannya, walapun masih menjadi kontributor tertinggi terhadap nilai ekspor Sulut, namun pada tahun 2019 komoditi lemak dan minyak hewani/nabati mengalami penurunan nilai FOB. Tahun 2018 dari Januari sampai September, nilai ekspor komodi tesebut sebesar 463,77 juta US$. Sedangkan periode yang sama tahun 2019 nilai ekspor komoditi tersebut sebesar 243,76 juta US$,” jelas Ateng.
Selain perhiasan, menurut Ateng komoditi lainnya yang mulai memberikan kontribusi positif yaitu golongan barang daging dan ikan olahan. Sampai dengan September 2019 komoditi tersebut mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dia menyebut, golongan barang ikan dan udang, serta hasil perkebunan kopi, teh dan rempah-rempah juga mengalami peningkatan.
“Jadi ada empat kelompok komoditi yang mengalami peningkatan sejak awal tahun hingga bulan September. Ini berpeluang untuk memberikan kontribusi terhadap perekonomian,” tukas Ateng.(71)