METRO, Manado- Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada bulan Agustus 2019, penduduk usia kerja di Sulawesi Utara ada sebanyak 1.889.855 orang. Dari angka tersebut, 1.207.006 orang merupakan angkatan kerja dan 1.131.521 orang yang kategorinya bekerja.
“Sementara 75.485 orang atau 6,25 persen merupakan pengangguran, atau kategorinya tidak bekerja. Angka ini turun 0,61 poin dalam setahun terakhir,” ujar Kepala BPS Provinsi Sulawesi Utara, Ateng Hartono, Selasa (5/11) kemarin.
Dijelaskan Ateng, angka pengangguran di perkotaan tercatat lebih tinggi dibanding di pedesaan. Bila dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya, pada Agustus 2019, angka pengangguran di perkotaan maupun di pedesaan mengalami penurunan. “Hal ini kemungkinan didorong oleh adanya fenomena siklus 3 tahunan panen raya cengkih pada bulan Agustus 2019 yang banyak menyerap tenaga kerja terutama di sentra-sentra cengkih Sulawesi Utara,” katanya.
Dari data yang diperoleh koran ini, Kota Manado tercatat sebagai daerah yang memiliki persentase pengangguran terbesar di Sulut. Tak kurang dari 21.928 orang di Manado, masih berstatus sebagai pengangguran. Kemudian diikuti oleh Kota Bitung sebesar 9.937 orang, Tomohon 4.048 orang dan Kotamobagu 3.544 orang pengangguran.
Sementara jika dilihat dari tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, pengangguran tertinggi adalah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan tertinggi kedua adalah Sekolah Menengah Atas (SMA). Dengan kata lain, ada penawaran tenaga kerja yang tidak terserap terutama pada tingkat pendidikan SMA dan SMK. Mereka yang berpendidikan rendah cenderung mau menerima pekerjaan apa saja, dilihat dari TPT SD ke bawah terendah diantara semua tingkat pendidikan.
“Dibandingkan kondisi setahun yang lalu, tingkat pengangguran terdidik (menengah ke atas) kelompok SMA dan SMK mengalami penurunan masing-masing sebesar 1,77 poin dan 1,67 poin. Sementara itu kelompok perguruan tinggi justru mengalami kenaikan 2,40 poin,” pungkas Ateng.(71)