AWASI MASALAH KEJIWAAN YANG SERING TERJADI PADA LANSIA

Penulis : Melinia Maria Damare

Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado

Semua manusia akan menua. Tapi tidak semua bisa menua dengan berkualitas. Proses penuaan membuat fungsi fisiologis tubuh menurun sehingga rentan terserang penyakit dan mengalami penurunan fungsi otak. Siklus degeneratif memang tidak bisa dihentikan, tapi bisa diperlambat. Lanjut usia (lansia) seringkali diidentikkan dengan penurunan fungsi kognitif, seperti kemampuan dalam mengingat, berbahasa, dan fokus/perhatian. Tidak jarang, penurunan tersebut berdampak pada kondisi emosional para lansia. Mereka cenderung lebih sensitif, ingin lebih diperhatikan, mudah marah, stres dan atau frustasi karena adanya sejumlah perubahan dalam dirinya.

Meski merupakan keadaan yang wajar, namun ada beberapa kasus perubahan tersebut dapat memicu masalah kesehatan terutama yang berkaitan dengan mental. Siapa saja yang dikatakan lansia? Menurut WHO lansia digolongkan menjadi usia pertengahan (middle age): yaitu usia 45 – 59 tahun, lanjut usia (elderly): yaitu usia 60 – 74 tahun, lanjut usia tua (old): yaitu usia 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old): yaitu usia diatas 90 tahun. (sumber data)

Masa lanjut usia atau lansia diyakini sebagai masa-masa istirahat dari rutinitas berat yang dilakukan selama hidup. Sehingga, wajar seorang lansia ingin memiliki hidup yang tenang dan bahagia di sisa umurnya bersama dengan keluarga terkasih. Sayangnya, keinginan untuk hidup bahagia dan tenang ini tidak bisa diraih oleh semua lansia. Mengapa demikian? Karena lansia yang berumur 60 tahun ke atas mengalami masalah kejiwaan.

Masalah kejiwaan atau gangguan mental pada lansia ini ternyata bermacam-macam. Setidaknya terdapat 3 macam gangguan mental pada lansia, yaitu Demensia, Depresi, dan gangguan kecemasan.

Pertama, demensia. Demensia merupakan sindrom akibat penyakit otak yang biasanya bersifat kronis/progresif, dimana ada gangguan fungsi kortikal ganda, perhitungan, kapasitas belajar dan bahasa. Orang yang mengidap demensia tidak langsung serta merta mengalami penurunan fungsi otak secara drastis. Melainkan, penyakit ini berkembang secara progresif.  Selain demensia, gangguan mental lain yang menyerang lansia adalah depresi.

Kedua, depresi merupakan salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan (affective/ mood disorder), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna dan putus asa. World Health Organization menyatakan bahwa gangguan depresi berada pada urutan 2 keempat penyakit di dunia. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah penderita gangguan depresi semakin meningkat dan akan menempati urutan kedua penyakit di dunia (Depkes RI, 2007). Gejala depresi yang di alami seperti, gangguan tidur, penurunan kenikmatan seksual, di tinggal pasangan.

Ketiga, gangguan kecemasan. Gangguan kecemasan disebabkan oleh faktor penuaan/akibat penyakit fisik yang di derita lansia.

Dari ketiga model gangguan itu, tentu saja membawa perubahan pada lansia, termasuk perubahan otak dan fungsi saraf. Kegagalan fungsi otak dalam kasus demensia bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan. Salah satu penyakit penyebab demensia yang paling umum adalah Alzheimer yang mengakibatkan 50-75% kasus demensia. Alzheimer dapat di katakan sebagai penyakit yang menyerang otak secara langsung dengan timbulnya endapan protein yang abnormal di seluruh otak, sehingga neuron yang sehat mulai berhenti berfungsi, kehilangan koneksi dengan neuron lain, kemudian mati. Tentu dapat dibayangkan bahwa otak manusia sangatlah kompleks dan memegang fungsi penting. Maka gangguan pada fungsi otak akan memberikan dampak yang cukup besar pada kehidupan seseorang terkait kemampuan.

Fakta terkini menampakkan bahwa terdapat banyak lansia menikmati sisa umurnya dengan kesepian. Kesepian timbul karena hilangnya kontak atau komunikasi dengan orang lain terutama orang yang dicintai, juga tidak terpenuhinya kebutuhan untuk berkomunikasi dengan orang lain karena berbagai alasan. Penelitian juga menemukan terdapatnya kesepian sosial yang ditunjukkan dengan menarik diri. Lansia seringkali merasa jenuh dan bosan dengan hidupnya, sehingga dirinya berharap agar kematian segera datang menjemputnya. Hal itu karena lansia tidak ingin menyusahkan keluarga dan orang-orang disekitarnya. Tugas-tugas perkembangan pada masa lansia mengalami perubahan seiring dengan adanya penyesuaian terhadap peran baru baik secara pribadi maupun dalam masyarakat.

Perubahan yang terjadi dalam kehidupan lansia umumnya berpotensi pada munculnya tekanan hidup karena stigma menjadi tua dianggap sebagai usia yang dikaitkan dengan ketidakberdayaan, dan rentan terhadap penyakit. Seringkali tekanan hidup yang semakin berat dapat memicu masalah kejiwaan pada lansia. Misalnya perekonomian yang kian menurun, sedangkan kebutuhan hidup yang semakin meningkat, tentu bisa menimbulkan stres dan depresi.

Dari fakta demikian, penulis mencoba sebuah cara yang paling tidak, bisa mengurangi tingkat masalah kejiwaan pada lansia. Maka hemat penulis, dengan mempertahankan keaktifan mental melalui kegiatan yang merangsang mental, seperti “bermain catur”, karena pada saat bermain catur, otak dituntut untuk terus berpikir dan bekerja sehingga akan meningkatkan kemampuan kerja otak. Tidak hanya itu, permainan catur juga bisa merangsang otak akan bekerja secara aktif, bisa melindungi dari demensia atau meningkatkan kemampuan lansia untuk mengatasi perubahan yang berkaitan dengan demensia.

Namun lansia pada umumnya mengalami susah tidur, maka, istirahat dengan cukup dapat membuat otak menjadi rileks sehingga terhindar dari depresi. Karena itu, sangat penting untuk mengatur jam tidur setiap harinya dan jangan dilanggar. Dengan membiasakan tidur yang teratur, selain bisa mencegah depresi juga dapat menghindari insomnia. Apabila lansia menderita insomnia, sebaiknya segera diatasi karena penyakit tersebut juga bisa memicu depresi. Caranya dengan kurangi konsumsi kafein dan lakukan olahraga ringan secara teratur. Tidak menutup kemungkinan keterlibatan peran keluarga dalam menjaga kesehatan mental para lansia sangatlah penting dengan memberikan dukungan pada lansia untuk tetap terhubung dengan teman-teman dan komunitasnya agar terhindar dari kesepian yang bisa menyebabkan masalah kejiwaan lainnya. ***