METRO, Bitung- Ratusan tenaga guru di Bitung resmi beralih status dari honorer menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN). Peralihan itu terjadi setelah mereka lulus seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Demikian tertuang dalam press release yang dikirim Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Bitung. Alih status guru honorer menjadi PPPK itu diresmikan Senin (30/05) kemarin.
Guru honorer yang diangkat jadi ASN berjumlah 111 orang. Mereka telah menerima Surat Keputusan (SK) Pengangkatan sebagai PPPK. SK itu diserahkan oleh Walikota Bitung Maurits Mantiri di Ruang SH Sarundajang, Kantor Pemkot Bitung.
Dikutip dari press release, Forsman Dandel selaku Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pemkot Bitung memberi penjelasan. Ia melaporkan kepada Walikota perihal rekrutmen guru PPPK ini.
“Semua guru honorer yang diangkat ini mengikuti seleksi tahun 2021 lalu. Mereka ikut tes dalam dua tahap. Tahap pertama ada 48 orang yang lulus, dan tahap kedua 63 orang,” ungkapnya.
Karena itu lanjut Forsman, SK Pengangkatan bagi ratusan guru itu ada dua. SK pertama bernomor 810/320/WK tanggal 25 April 2022, dan SK berikutnya bernomor 810/385/WK tanggal 17 Mei 2022.
Forsman lalu membeber masa berlaku kontrak bagi ratusan guru tersebut. Untuk tahap awal kata dia, mereka diberi waktu selama tiga tahun. Selama itu mereka dituntut menunjukan kinerja yang positif agar kontraknya bisa diperpanjang.
“Karena itu akan kita evaluasi. Dan evaluasi ini akan dilaksanakan rutin supaya mendapatkan gambaran yang nyata,” tukasnya.
Sementara itu, Maurits dalam arahannya meminta para guru yang diangkat bekerja dengan profesional dan serius. Hal dimaksud bersifat wajib karena para pendidik itu punya tugas mulia.
“Peran guru itu mendidik dan mencerdaskan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Jadi kalau guru bekerja dengan profesional bangsa kita pasti akan maju, tapi jika sebaliknya maka bangsa kita akan tertinggal,” tuturnya memberikan motivasi.
Maurits dalam kesempatan itu menyentil data statistik tentang dunia pendidikan Bitung. Data yang ia sampaikan menyangkut dua hal, yakni angka harapan lama sekolah dan angka putus sekolah. Ia meminta data dimaksud jadi pegangan semua insan pendidikan di daerah ini.
“Harapan lama sekolah kita hanya berkisar 8 sampai 9 tahun. Itu masih jauh di bawah angka nasional yang mencapai 12 sampai 13 tahun. Hal yang sama juga berlaku di angka putus sekolah. Karena harapan lama sekolahnya rendah, maka angka putus sekolah jadi tinggi. Diperkirakan 32 ribu anak kita tidak melanjutkan sekolah di semua tingkatan, baik SD, SMP hingga SMA,” paparnya.
Data tersebut harap Maurits, harus bisa diperbaiki oleh instansi yang mengurus sektor pendidikan. Harus ada upaya terobosan agar kedepan harapan lama sekolah dan angka putus sekolah jadi lebih baik.
“Nah, hal ini jadi tugas dan tanggung jawab para guru. Harus punya komitmen dan profesionalitas agar sektor pendidikan kita jadi lebih baik. Karena itu yang baru diangkat tolong tunjukan kemampuan dan dedikasi kalian,” pintanya.(69)
Komentar