METRO, Manado- Nilai tukar petani Sulawesi Utara (Sulut) pada bulan Juli 2023 turun 0,21 persen menjadi 109,93, bila dibandingkan dengan bulan Juni 2023 yang masih 110,17.
Kepala Badan Pusat Statistik Sulut, Asim Saputra, mengatakan, nilai tukar petani dihitung dari indeks harga yang diterima petani dan indeks harga yang dibayar petani. “Pada bulan Juli,
indeks harga yang diterima petani turun sebesar 0,04 persen, dan sisi nilai indeks harga yang dibayar petani naik 0,18 persen,” ujarnya.
Asim juga mengungkapkan, NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat daya beli petani, dengan mengukur kemampuan tukar produk yang dijual petani dibandingkan dengan
produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi maupun untuk konsumsi rumah tangga petani.
“Semakin tinggi NTP dapat diartikan kemampuan daya beli atau daya tukar petani relatif lebih baik dan tingkat kehidupan petani juga lebih baik,” ucapnya.
Asim menjelaskan, dari lima subsektor pertanian yang dipantau, semuanya menunjukan trend penurunan NTP dengan niliai bervariatif.
“Subsektor tertinggi yang mengalami penurunan adalah tanaman pangan yang mencapai 2,02 persen, hortikultura 1,44 persen, peternakan 0,82 persen, dan perikanan 0,27 persen,”
jelasnya.
Penurunan ini, kata Asim dipicu oleh kurangnya suplai karena belum masuk musim panen pada sentra produksi tanaman pangan, serta sayur-sayuran serta tingginya permintaan pada
beberapa komoditas menjelang pengucapan di beberapa kabupaten dan kota.
“Kenaikan hanya dialami oleh tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,09 persen,” katanya.
Menurut Asim, NTP juga dipengaruhi inflasi yang terjadi di wilayah perdesaan. Di bulan Juli, inflasi terjadi pada beberapa kelompok pengeluaran, antara lain makanan, minuman,
tembakau, pakaian dan alas kaki, serta perumahan air listrik dan bahan bakar rumah tangga.
“Sementara kelompok pengeluaran lain seperti perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga, serta informasi komunikasi dan jasa keuangan cenderung stagnan,”
pungkasnya.(71)
Komentar