KORANMETRO.COM- Badan Pusat Statistik mencatat pada bulan Februari 2025, Sulawesi Utara mengalami deflasi sebesar 0,53 persen, deflasi year on year (y-on-y) 0,15 persen, dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 105,54.
Komoditas yang dominan menahan inflasi (deflasi) pada Februari 2025, antara lain tarif listrik, daging babi, angkutan udara, daging ayam ras, dan ikan cakalang. Sementara komoditas yang mendorong inflasi yaitu tomat, cabai rawit, beras, emas perhiasan, dan mobil.
Kepala BPS Sulut, Aidil Adha, mengatakan kebijakan pemberian diskon tarif listrik untuk pelanggan segmen rumah tangga oleh pemerintah pada bulan Januari dan Februari 2025, berdampak pada kondisi inflasi di Sulawesi Utara.
“Perubahan harga tarif listrik dengan adanya pemberian diskon 50 persen, sangat berpengaruh terhadap inflasi di Provinsi Sulawesi Utara pada bulan Februari 2025,” ujar Aidil, Senin (3/3/2025) siang.
Fenomena lain yang berpengaruh, kata Aidil, adalah penurunan harga daging babi pada bulan Februari 2025. “Harga daging babi mengalami penurunan pada bulan Februari 2025 disebabkan permintaan yang mulai berkurang setelah perayaan Nataru,” paparnya.
Kata Aidil, kenaikan harga tomat dan cabai rawit di Sulawesi Utara pada Februari 2025 dipengaruhi oleh cuaca buruk yang mengakibatkan jumlah panen di daerah penghasil tomat dan cabai rawit menurun. “Selain itu, kenaikan permintaan tomat dan cabai rawit menjelang Ramadan juga menyebabkan kenaikan harga,” ungkap Aidil.
Selain itu, katanya, kenaikan harga beras pada bulan Februari 2025 disebabkan belum banyaknya panen di daerah sentra produksi dan juga berkurangnya pasokan beras dari luar Sulawesi Utara.
Aidil menjelaskan, Kota Manado menjadi wilayah cakupan IHK dengan tingkat deflasi terdalam sebesar 0,86 persen, dengan komoditas tarif listrik sebagai penyumbang deflasi terbesar.
“Dari empat kabupaten dan kota yang dihitung IHK, hanya Minahasa Utara yang mengalami inflasi pada Februari,” katanya.(ian)