METRO, Manado- Produk arang tempurung asal Sulawesi Utara kini mampu bersaing, seiring peningkatan kualitas produksi yang menghasilkan mutu arang yang lebih bagus.
Berbagai inovasi dan teknologi pada proses pembakaran membuat kualitas produk turunan kelapa ini makin meningkat.
Salah satu teknologi pembakaran yang banyak digunakan yaitu beehive oven, yang dikembangkan oleh Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Manado.
Pembina Industri BSPJI Manado, Anton Muis, menuturkan teknologi proses produksi arang tempurung menggunakan sistem beehive oven, menghasilkan arang tempurung kualitas premium yang memenuhi SNI arang.
“Teknologi ini kami kembangkan karena akhir-akhir ini arang tempurung kualitas premium cukup tinggi peminatnya. Dengan teknologi ini bisa menghasilkan arang tempurung dengan kualitas premium,” jelas Anton.
Menurutnya, keunggulan beehive oven pada volume pembakarannya yang lebih besar mencapai 4.000 kg tempurung kelapa dalam satu kali produksi. “Arang yang dihasilkan kadar abunya sangat rendah. Kadar airnya pun di bawah 7 persen,” ujar Anton.
Ia mengatakan, sebelum ada beehive oven, arang yang dihasilkan dengan sistem pembakaran tradisional kadar air dan kadar abu masih tinggi sehingga kualitas arang yang dihasilkan tidak memenuhi SNI arang.
“Dengan teknologi beehive oven ini tungku pembakarannya sudah dirancang sedemikian rupa melalui hasil penelitian di BSPJI, sehingga hasil pembakarannya benar-benar sempurna,” tutur Anton.
Kata Anton, BSPJI Manado melakukan pendampingan teknologi beehive oven kepada IKM di daerah Sangtongbolang, Kabupaten Bolaang Mongondow, Desa Tanamon Minahasa Selatan, dan Kelurahan Tendeki Kota Bitung.
“Pendampingan IKM untuk penggunaan beehive oven lewat kegiatan yang namanya program Dapati. Tujuannya untuk meningkatkan kapasitas, efisiensi dan produktifitas IKM,” ujar Anton.
Menurutnya, arang tempurung asal Sulut laku di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk industri pembuatan bricket atau arang aktif. “Arang tempurung asal Sulut pasti dikirim ke luar daerah karena di sini memang belum ada industri yang menggunakan arang tempurung,” kata Anton.(ian)
Komentar