Dongeng Sarana Pembentukan Karakter dan Edukasi Nilai Budaya

ELSHADAI Natania Boham, pelajar berprestasi dari SMK Negeri 3 Manado ini menjadi salah satu anak muda yang masih memiliki ketertarikan terhadap karya sastra dongeng.

Kecintaannya itu berawal ketika semasa kecil kerap dikenalkan oleh orang tuanya, dengan cerita anak seperti dongeng si kancil.

Sehubungan dengan perayaan Hari Dongeng Nasional pada 28 November, Elshadai mengungkapkan bahwa dongeng bukan hanya hiburan, tetapi juga sarana pembelajaran yang menarik bagi anak.

Apalagi dalam cerita dongeng sering kali memuat banyak nilai-nilai positif yang bermanfaat dalam membentuk karakter generasi muda.

“Dalam cerita dongeng, sering kali terdapat pesan yang penuh makna, yang bisa mengubah sudut pandang kita tentang berbagai hal,” ujar Elsa, sapaan akrabnya.

Selain itu, Ia menilai jika kehadiran dongeng tidak hanya efektif dalam menanamkan nilai budaya bangsa, tetapi menjadi sarana promosi tentang keindahan alam dan pariwisata dari satu daerah.

Salah satu contohnya, ketika Elshadai mewakili Sulawesi Utara (Sulut) di ajang Words Storytelling pada awal 2024, Ia membawakan cerita tentang keindahan laut Bunaken yang berjudul Tomi & His Friend Timo.

Cerita tersebut mengisahkan seorang pria yang kehilangan temannya, seekor lumba-lumba, akibat keserakahan terhadap uang dan ketidakpedulian terhadap lingkungan Taman Laut Bunaken.

“Cerita ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menyampaikan nilai tentang persahabatan dan pentingnya peran kita dalam menjaga lingkungan,” tambahnya.

Lebih lanjut Ia berharap pemerintah bisa memberikan panggung lebih bagi karya sastra dongeng, sehingga mampu menginspirasi banyak anak di Indonesia.

“Kita perlu melestarikan cerita dongeng, baik yang berasal dari cerita rakyat lama maupun menciptakan dongeng-dongeng modern yang relevan dengan kehidupan kita sekarang. Ini bisa memberi dampak positif bagi anak muda,” lanjut Elshadai.(swm)

Komentar