KORANMETRO.COM- Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara (DKP Sulut), mendukung Yayasan Care Peduli dan Yayasan Bumi Tangguh, dalam program pemberdayaan perempuan dan perlindungan ekosistem mangrove melalui penanaman 50 ribu bibit mangrove di Desa Palaes, Desa Serawet, Kecamatan Likupang Barat, dan Desa Minaesa, Kecamatan Wori.
Peluncuran program pemberdayaan perempuan dan perlindungan ekosistem mangrove, dilaksanakan di Desa Palaes, pada Selasa (18/3/2024).
Dalam sambutannya, Kepala DKP Sulut, Tianneke Adam, menjelaskan bahwa peluncuran program pemberdayaan perempuan pesisir dan restorasi mangrove sejalan dengan upaya pencapaian target penambahan kawasan konservasi perairan baru seluas 326.000 hektar di tahun 2025.
“Hutan mangrove di Palaes, Serawet, dan Minaesa, menjadi kawasan krusial di Sulawesi Utara,” ujar Tianneke.
Menurut dia, fungsi penting hutan mangrove tidak hanya sebagai rumah biota yang tinggal di dalamnya, namun juga bagi masyarakat sekitar. “Kehadiran hutan mangrove sebagai pelindung dari ancaman krisis iklim serta sebagai sumber pendapatan keluarga,” ungkapnya.
Tianneke bilang, upaya perlindungan ekosistem penting untuk dibarengi dengan pemberdayaan masyarakatnya termasuk para nelayan perempuan. Pemberdayaan dapat dilakukan melalui peningkatan pengetahuan, penambahan sumber pendapatan alternatif dan pengelolaan keuangan.
“Rangkaian pemberdayaan ini dapat berdampak langsung ke masyarakat guna penguatan peran perempuan pesisir dalam menjaga ekosistem mangrove. Dengan menjaga ekosistem mangrove, masyarakat termasuk nelayan perempuan dapat menambah penghasilan keluarga,” paparnya.
Tianneke memastikan, akan memantau dan mengevaluasi program pembinaan yang dilakukan CARE Indonesia dan Yayasan Bumi Tangguh ini untuk keberlanjutannya. “Ini bisa jadi contoh pembelajaran bagi desa lainnya jika mereka menjaga ekosistem pesisir laut mereka tetap lestari,” jelasnya.
CEO CARE Indonesia, Abdul Wahid Situmorang, mengatakan keutamaan program ini adalah melibatkan dan melakukan pemberdayaan pada perempuan pesisir, termasuk nelayan perempuan sehingga meningkatkan perannya dalam menjaga mangrove. Menurutnya, pemanfaatan dan perlidungan hutan mangrove sudah menjadi kearifan lokal yang dilakukan masyarakat setempat.
“Di Desa Palaes ini, kesadaran masyarakat untuk menjaga mangrove sudah muncul karena mangrove telah menjadi sumber pendapatan melalui wisata mangrove yang sudah berjalan di sini,” jelas Abdul.
Sementara itu, Ketua Yayasan Bumi Tangguh, Dennie Mamonto, mengatakan bahwa melibatkan kelompok perempuan dalam upaya pelestarian mangrove adalah langkah strategis untuk menjaga lingkungan sekaligus menciptakan manfaat ekonomi bagi komunitas pesisir.
“Dengan peran aktif mereka kita dapat memastikan bahwa ekosistem mangrove tetap lestari di tengah laju pembangunan dan pertumbuhan wisata di kawasan ini,” kata Dennie.(brs)
Komentar