METRO, Manado – Harga beras di sejumlah daerah Indonesia menembus Rp18.000 per Kilogram menjadi yang tertinggi dalam sejarah. Di Sulawesi Utara (Sulut) sendiri, harganya sudah di kisaran Rp16.000 per Kilogram. Hal tersebut langsung disikapi serius oleh Wakil Gubernur Sulut Steven Kandouw
Wagub mengungkapkan, kenaikan harga beras merupakan fenomena nasional yang dipicu sejumlah faktor. Lanjutnya upaya untuk menekan harga tersebut dengan melakukan identifikasi. “Identifikasi mana daerah-daerah surplus, tingkat lokalan dulu,” sebut Wagub Kandouw kepada wartawan di lobi Kantor Gubernur Sulut, Selasa (05/04/2024).
Menurutnya identifikasi yang dilakukan tidak jalan sendiri. Sehingga perlu koordinasi dengan pengambil keputusan dalam hal ini Bupati atau Walikota.
“Harus ada penguatan koordinasi. Tanpa itu kita tidak tahu,” ujar Kandouw.
Lebih lanjut, Wagub berharap ada pengawasan lebih intens dilakukan untuk mengamati lonjakan harga beras di pasar. Untuk itu dirinya meminta Kepala Daerah mengawasi kepala pasar di masing-masing daerah. “Monitor kepala pasar jangan sampai terjadi kongkalikong,” tandas Wagub.
Dirinya menduga ada tengkulak yang sengaja memainkan harga beras. “Banyak kejadian jauh-jauh hari diikat oleh tengkulak. Sehingga, kepala pasar harus monitor setiap hari perkembangannya,” tukasnya.
Kandouw menyebutkan, hal yang sama juga dilakukan untuk bahan pangan di Sulut. Upaya mengantisipasi dan mengendalikan harga bahan pangan dengan menjaga ketersediaan pasokan. “Utamanya ketersediaan dulu. Tadi kita sepakat Asisten II monitor ketersediaan bahan pangan dengan instansi terkait, seperti Bulog, Pertamina dan Kabupaten/Kota se-Sulut,” ungkapnya.(Egy)
Komentar