Oleh: dr.Dolly RD Kaunang, Sp.JP, Sp.KP
STORY telling perjalanan awal fakultas kedokteran Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) yang disampaikan oleh mahaguru dr.Oei Yang Hae (91 tahun); dr.Rein S.M. Rampengan; dr.John P.A. Kumaat; dr. Dumais Mandagi; dr.Jonathan Willy Siagian; dr.Jootje Umboh, para supersenior angkatan mula-mula pendidikan dokter FK Unsrat, di Kebun Batusaiki Henoch Awaloei, pada Minggu (15/9/2024), sarat pesan sosial. Pupuklah persahabatan karena bagaikan pohon yang lama berbuah!
Tekad dan Dedikasi
Lirik lagu sepanjang jalan kenangan, yang dinyanyikan dr. Joyce Rumokoy, yang merupakan mantan presenter kondang TVRI dan SCTV, menjadi panduan temu kangen sahabat dan guru.
Kita tidak mengingat hari, kita mengingat momen. Perangai senyum di kulum bermunculan saat mendengar ceritera mahaguru dr.Oei Yang Hae, dan para super senior angkatan awal mula pendidikan dokter FK Unsrat yang berlangsung pada siang bolong cerah di atas bukit tepi pantai nan indah Kebun Batusaiki.
Dokter Oei mulai bercerita dengan membagi perjalanan fakultas kedokteran atas empat etape. Pertama, bagaimana suasana batin saat fakultas didirikan. Saat itu momentum selesai Permesta. Suasana haru-biru ‘mange sumikolah’ pascabergolak melanda semua pemangku kepentingan.
Bila diukur dengan norma dewasa ini, the magnificent seven para pendiri fakultas disebut gila. Dokter Oei melanjutkan hiperbola ini dengan mengatakan hanya terjadi di Manado, bahkan mungkin inilah satu-satunya di dunia. Bagaimana mungkin dapat mendirikan sebuah fakultas kedokteran tanpa ada gedung, tanpa ruang kuliah, tanpa sarana dan prasarana memadai bagi sebuah institusi pendidikan dokter.
“Tanpa kegilaan the magnificent seven tak akan ada fakultas kedokteran Unsrat yang membanggakan ini,” ungkap dr.Oei Yang Hae.
Etape selanjutnya saat fakultas kedokteran berhadapan dengan head wind, gejolak arus mundur. Kolonel TNI dr. R Soekojo, selaku dekan fakultas kedokteran yang menggantikan dr. RD Kandou telah mengibaskan bendera putih fakultas kedokteran akan ditutup. Para mahasiswa akan dikirim ke Makasar dan pulau Jawa.
“Dokter John Kumaat, angkatan ke-3 tahun 1961, bingung dan galau merenung nasib,” ujarnya.
Sebelum aba-aba bubar jalan dikumandangkan, terjadi kesepakatan dengan penguasa daerah agar cito rekrut dosen pengajar.
Pucuk dicinta ulam tiba! Dokter Oei Yang Hae lolos dari wajib militer, terjaring pulang kampung oleh penguasa militer. Tim penyelamat mulai berdatangan.
Pemuda Oei Yang Hae mulai berkiprah di fakultas kedokteran tahun 1963. Bila seorang mahasiswa gagal dalam ujian akhir pada saat diuji oleh dr. Oei Yang Hae, itu berarti lulus yang tertunda. Beliau sangat concern dengan ketrampilan olah pikir, olah hati, olah rasa menjadi kesatuan ketrampilan diagnostik dan solusi penanganan pasien.
Prof.dr. Jonathan Willy Siagian; dan Prof.dr. Jootje Umboh, masing-masing mantan dekan, mengafirmasi kenangan mereka manakala disodorkan pasien sirosis hepatis saat ujian akhir oleh dr.Oei.
Menguji dan membimbing menjadi sulit dibedakan. “Sebenarnya merepotkan bila mengulang ujian sebab berarti balik lagi ke saya,” celoteh dr.Oei Yang Hae.
Memupuk Persahabatan
Etape perjalanan selanjutnya sarat dengan pesan kebajikan. Tekad dan dedikasi menolong orang sakit dan mendidik seseorang menjadi dokter yang baik terpartri kuat di lubuk hati. Prinsip dasar yang memandu perilaku dan memberikan dasar kuat atas keputusan yang diambil, dijalani terus dengan konsisten dan persisten.
Pertumbuhan karakter dan mental tangguh, tanggon, trengginas disemai pada masa studi. Masa mahasiswa masih penuh kegoncangan mencari identitas. Masih bertransformasi menuju dewasa psikologis dan sosial. Masa mulai bersemainya kepedulian. Kepedulian terhadap sahabat dapat diasah dengan cara memberi perhatian kepada mereka yang dekat di mata namun jauh jarak komunikasi.
Interaksi sosial berperan penting agar sesama sahabat bisa mengembangkan empati dan kualitas kepedulian. Bersahabat dan tenggang rasa turut mewarnai keteguhan hati meraih impian.
Menghadapi hambatan, gangguan, tantangan dan ancaman sekalipun, persahabatan menjadi prakondisi batin menemukan solusi.
Seberapa lama pun tak bertemu, teman adalah teman. Suasana batin sederhana ini bisa menyelesaikan yang rumit-rumit.
Seperti pohon yang lama berbuah, pertemuan Batusaiki menjadi momen memupuk persahabatan dan meneruskan nilai strong determination para senior. Determinasi, disiplin, keinginan yang kuat dan kontrol diri melestarikan dedikasi mahaguru dr.Oei Yang Hae yang sarat persahabatan.
“Masa depan milik mereka yang menyiapkan hari ini. Marilah kita mengejar apa yang berguna untuk saling membangun.” Demikian harapan dr.Stephanie Lahunduitan, sang penggagas mengakhiri introduksi temu kangen.(drk)
Komentar