METRO, Manado- Penyakit yang diduga African Swine Fever (ASF) atau demam babi afrika kembali merebak di beberapa wilayah di Indonesia seperti Manokwari dan Berau, Kalimantan Timur. ASF adalah penyakit pada hewan babi yang sangat menular dan dapat menyebabkan kematian pada babi hingga 100 persen.
Hal ini tentu menjadi perhatian bagi peternak babi di Sulawesi Utara (Sulut). Pasalnya dari data Badan Pusat Statistik, diketahui bahwa di tahun 2020 populasi babi Sulut mencapai 400 ribu ekor. Terbanyak keempat di tanah air.
“Posisi Sulut saat ini sudah terkepung oleh daerah wabah ASF. Termasuk ancaman penyebaran dari negara tetangga kita, Filipina,” kata Kepala Karantina Pertanian Manado, Donni Muksydayan Saragih kepada METRO, Kamis (17/6) siang.
Menurut Donni, belajar dari kasus ASF di negara lain, ada beberapa faktor yang menyebabkan masuknya ASF ke Indonesia yaitu pemasukan daging babi dan produk babi lainnya baik impor, domestik dalam negeri.
“Begitu juga berasal dari sisa katering transportasi internasional baik dari laut maupun udara yang masuk dari negara atau daerah yang sedang wabah ASF dimana kebanyakan tidak dibuang namun diolah kembali menjadi pakan ternak,” ujar Donni.
Langkah efektif dalam mencegah ASF, menurut Donni adalah melalui penerapan biosekuriti dan manajemen peternakan babi yang baik serta pengawasan yang ketat dan intensif. “Untuk meningkatkan kewaspadaan, seluruh dinas di kabupaten maupun kota terus aktif melakukan sosialisasi ke peternak babi yang ada di Sulut,” ungkapnya.
Dari data yang diperoleh METRO, diketahui bahwa penyakit ASF pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 2019 melalui Sumatera Utara. Wabah tersebut dilaporkan menyebar ke daerah lain. Walaupun tidak bersifat zoonosis atau menular ke manusia, namun virus tersebut sangat ganas.
Sifat virusnya yang tahan terhadap lingkungan sehingga media penularnya juga banyak. Selain melalui babi dan produk turunannya, virus ini dapat menular melalui pakan, alat transportasi, pekerja kandang, alat-alat pada kandang dan lain sebagainya.
Berdasarkan data lalu lintas pertanian dari IQFAST, Badan Karantina Pertanian, tercatat hingga Mei 2021, pengiriman daging babi Sulut ke berbagai wilayah seperti Maluku, Papua sampai ke Jakarta mencapai 450 ton. Angka ini meningkat sangat signifikan dibanding periode yang sama di tahun 2020 yang hanya sebesar 93 ton.
“Hal ini tentu menjadi berkah buat Sulut karena masih bebas dari ASF. Peningkatan terbesar karena mensuplai kebutuhan di Jakarta dan Tangerang. Untuk itu, mari kita perkuat kewaspadaan dan sinergisitas semua pihak agar ASF tidak masuk ke Sulut,” pungkas Donni.(71)
Komentar